Friday, July 13, 2018

Contoh Proposal Prosedur Bongkar Muat Petikemas



PROPOSAL
PRAKTEK DARAT
A.  JUDUL PROPOSAL
PROSEDUR BONGKAR MUAT PETIKEMAS OLEH PT. MUSTIKA ALAM LESTARI DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA”
B.  PENEGASAN ARTI JUDUL
Dari judul yang penyusun kemukakan dapat menegaskan arti dari kata-kata yang terdapat dalam judul “Prosedur Bongkar Muat Petikemas pada PT. Mustika Alam Lestari di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara” sebagai berikut :
1.        Prosedur
Adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama agar selalu memperoleh hasil yang sama dari keadaan yang sama dalam menjalankan aktivitas (http://id.wikipedia.org/wiki/prosedur).
2.        Bongkar/Muat
Adalah kegiatan membongkar barang dari/ke kapal, dermaga, tongkang atau muat dari/ke kapal, dermaga, tongkang, truk, dengan menggunakan derek kapal atau yang lain (Herry Giantodan Arso Martopo, 1990:30).
3.        Petikemas
Adalah salah satu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus untuk mengangkut muatan yang ada di dalamnya (Suyono, R.P., 2003:197).
4.        PT (Perseroan Terbatas)
Adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha bersama yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, dan pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya, karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjual belikan, maka perubahan ke pemilikkan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. (http://pengertian-perseroan-terbatas.co.id)
5.        Pelabuhan
Adalah tempat yang terdiri dari atas daratan dan/ atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/ atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
Jadi dari penegasan arti judul diatas dapat disimpulkan bahwa “ Prosedur Bongkar Muat Petikemas oleh PT. Mustika Alam Lestari di Jakarta” adalah tindakan untuk proses pengurusan bongkar muat petikemas dan untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan, bagi terlaksananya bongkar muat petikemas yang diselenggarakan oleh PT. Mustika Alam Lestari di Jakarta.
C.   ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Alasan pemilihan judul yaitu untuk mengetahui lebih lanjut mengenai prosedur bongkar muat petikemas yang dilakukan oleh PT. Mustika Alam Lestari di Pelabuhan Tanjung priok jakarta utara hingga sampai ke lapangan penumpukan petikemas di pelabuhan.Penyusun juga telah mempertimbangkan dari berbagai aspek yang nantinya dapat menambah dan membantu, serta menunjang pembuatannya.
1.    Alasan Ilmiah
Untuk membandingkan dan menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah serta memadukan teori-teori dengan kenyataan yang sebenarnya dilapangan.
2.         Alasan Praktis
Untuk melihat secara langsung kenyataan mengenai PT. Mustika Alam Lestari di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara dalam menangani bongkar muat petikemas dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan lainnya di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara.
3.         Alasan Lain
Untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bongkar muat petikemas serta memberikan sedikit sumbangan pikiran bagi perkembangan kegiatan bongkar muat yang dilakukan oleh PT. Mustika Alam Lestari di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara.
D.  LATAR BELAKANG MASALAH
Containerisasi dimaksudkan kepada pengangkutan barang-barang dengan memakai petikemas pada setiap moda transport, baik itu melalui laut, darat maupun udara. Pengangkutan melalui laut dengan menggunakan petikemas telah dirintis sejak kurang lebih 50 tahun yang lalu oleh beberapa perusahaan raksasa antara lain :Sea Land Service, Associated Steamship dan Matson Navigation Coy.
Pengangkutan dengan menggunakan petikemas dikembangkan terus terutama pengangkutan barang-barang melalui laut, dan semakin meningkat pada tahun delapan puluhan. Jika dibandingkan dengan pengangkutan barang dengan menggunakan kapal konvensional, containerisasi mengakibatkan pengaruh bagi sub sistem didalam cara pengiriman maupun penerimaan barang, begitu pula dengan pengoperasian kapal dan sistem Cargo Handlingnya.
Perkembangan pelabuhan sangat ditentukan oleh perkembangan aktivitasnya, semakin ramai perkembangan di pelabuhan tersebut maka akan semakin besar pelabuhan tersebut. Perkembangan perdagangan juga dipengaruhi jenis kapal dan lalu lintas yang dilewati pelabuhan tersebut.Oleh karena itu setiap negara berusaha membangun dan mengembangkan pelabuhan sesuai dengan tingkat keramaian dan jenis perdagangan yang di tampung oleh pelabuhan tersebut.Dengan demikian perkembangan pelabuhan seiring dengan perkembangan ekonomi negara. Meningkatkan aktivitas perdagangan di pelabuhan membuat pengelola pelabuhan membuka tempat-tempat Open Stowage untuk penumpukan petikemas (Container), yang sebelumnya digunakan untuk kegiatan lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan pelabuhan adalah perkembangan petikemas. Dengan adanya petikemas  dan kemudahan-kemudahan dari moda transport yang satu ke moda yang lain mengubah filosofi letak pelabuhan.
Perkembangan petikemas terutama permintaan akan jasa petikemas meningkat cepat disebabkan oleh pertumbuhan teknologiangkutan laut (sistem angkutan  petikemas). Untuk menghadapi globalisasi dunia saat ini dibutuhkan sarana dibidang angkutan laut yang terdiri dari kapal petikemas dan terminal petikemas yang dilengkapi dengan fasilitas untuk menunjang kegiatan bongkar muat petikemas. Selain itu pemerintah juga sangat mendukung  dan memudahkan dalam setiap kegiatan-kegiatan angkutan laut ataupun kegiatan bongkar muat petikemas.
 Didalam pengangkutan muatan dengan menggunakan kapal konvensional satu palka kapal dibongkar atau dimuat sebanyak 15 ton general cargo per jam, tetapi dengan sistem petikemas dengan menggunakan Full Container Vessel dapat dikerjakan dengan satu alat angkat (Quay Fontainer Crane)jika setiap jam dimuat atau dibongkar 15 buah petikemas berukuran 20 feet atau 15 ton, berarti minimum sebuah petikemas vessel hanya dengan menggunakan satu alat angkat dapat memuat atau membongkar barang sebanyak 300 ton atau dengan menggunakan dua alat angkat sebagaimana lazimnya terdapat pada petikemas terminal, maka berarti dalam satu jam dapat mengerjakan 600 ton minimum bagi setiap kapal petikemas.
Bagaimana sistem angkutan petikemas sudah berkembang di dunia sebagai bagian dari perkembangan teknologi maju yang mencari upaya  untuk mendapatkan efesiensi yang optimal. Petikemas secara umum digambarkan sebagai gudang yang dapat dipindahkan dan digunakan untuk mengangkut barang, merupakan perangkat perdagangan dan sekaligus juga merupakan komponen dan sistem pengangkutan. Selain itu pemilihan sarana angkutan ini didasarkan pada faktor keamanan barang, kecilnya resiko atas kerusakan dan murahnya biaya penanganan ditinjau dari kecepatan pelayanan dan besarnya kapasitas angkut.
E.  RUMUSAN MASALAH 
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut : Bagaimana Prosedur Bongkar Muat Petikemas yang dilakukan oleh PT. Mustika Alam Lestari di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara.
F.   TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN
            Untuk memberi gambaran secara langsung tentang prosedur bongkar/muat sehingga penyusun akan terjun langsung dalam suatu praktek kerja, dan dapat mengetahui secara langsung setiap kegiatan yang ada dan suatu kendala yang dihadapi, serta pemecahan maupun antisipasi yang dilakukan dalam setiap keadaan tersebut.
1.         Tujuan Akademik
Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan jenjang Diploma III Jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga.
2.         Tujuan Ilmiah/ Ilmu Pengetahuan
Untuk menambah pengalaman bagi taruna-taruni dalam ilmu pengetahuan dan menerapkan ilmu tersebut atau teori yang didapat selama dalam perkuliahan.
3.         Tujuan Lain
                Untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang didapat selama dalam perkuliahan.
G.      MANFAAT PENYUSUNAN LAPORAN
            Beberapa manfaat yang penyusun harapkan dalam penyusunan proposal ini yang didapat selama dalam perkuliahan.
1.         Bagi Penyusun
Untuk memberi gambaran mengenai praktek kerja yang dilaksanakan dan mendapatkan pengetahuan yang didapatkan di lapangan.
2.         Bagi Akademi
Menambah referensi yang diperoleh dari hasil praktek kerja di lapangan, dan menerapkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah serta dapat menambah wawasan dan masukan-masukan yang bermanfaat dari hasil praktek kerja di lapangan.
H.      TINJAUAN TEORITIS
            Sehubungan dengan perkembangan perekonomian maka perlu adanya sarana dan alat angkut yang digunakan untuk mengirim barang menggunakan transportasi laut yang lebih efektif dan efisien untuk pengangkutan barang dalam jumlah besar, menyebabkan peti kemas menjadi moda yang dipilih dan cepat berkembang pesat.
            Petikemas dapat dikatakan sebagai gudang mini yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain dan daya tampung muatan yang cukup tinggi volumenya dan dapat diangkat dengan mudah dan cepat, dari kapal ke dermaga atau dari dermaga ke kapal.
            Penggunaan petikemas merupakan penyempurnaan terhadap tatanan menuju tercapainya efisiensi dan efektifitas yang lebih optimal. Pengelolaan angkutan melalui laut merupakan salah satu usaha memperlancar kegiatan perniagaan untuk mengirim barang.
            Agar kapal yang mengangkut peti kemas dapat melakukan bongkar muat di pelabuhan dengan cepat maka perlu adanya alat dan fasilitas yang lengkap dan memadai baik di pelabuhan maupun di dermaga serta di atas kapal.
1.    Angkutan Laut
Yang dimaksud dengan angkutan laut adalah setiap kegiatan pelayaran dengan menggunakan kapal laut untuk mengangkut penumpang, barang dan hewan untuk satu kali perjalanan atau lebih serta beberapa pelayaran (Herry Gianto dan Arso Martopo, 1990: 1).
2.    Pengangkutan Barang Impor dan Ekspor
Yang dimaksud dengan barang impor adalah petikemas yang berisi muatan imporakan disegel atau ditera oleh bea cukai setelah diperiksa isinya sesuai dengan manifes kapal dan sesudah itu petikemas akan diangkut ke ICD yang ditunjuk atau ada perjanjian dengan carrier.Juga dapat dilaksanakan oleh freight forwader atau EMKL yang mengadakan perjanjian dengan perusahaan pelayaran. Sedangkan dalam muatan ekspor, shipperakan memberikan shipping instruction bersama dokumen muatan lainnya kepada bea cukai di ICD. Juga diberi tahu, barangnya akan diekspor ke negara mana. Setelah diperiksa oleh bea cukai dan selesai stuffing dari petikemasyang diawasi oleh bea cukai, pintu petikemasditutup dan disegel oleh bea cukai.
3.    Pengertian dan Perkembangan Angkutan Petikemas (Container)
Yang dimaksud dengan pengertian perkembangan petikemas adalah sebagai berikut :
a.    Pengertian Umum Petikemas
Petikemas yang di Indonesia dikenal dengan nama petikemas dalam praktek merupakan peti-peti yang terbuang dari bahan logam. Dari bermacam-macam ukuran dan tipe, petikemas bisa juga dikatakan sebagai The Moving Go Down ukuran kecil yaitu gudang mini yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain sebagai akibat dari adanya pengangkutan.
Petikemas dibuat untuk memuat dan mengangkut semua jenis barang produksi industri maupun agraria, dan menciptakan daya tampung muatan dalam satu petikemas yang cukup tinggi volumenya dan dapat diangkut dengan cepat dan mudah dari kapal atau sebaliknya.
Keuntungan dan kerugian memakai petikemas antara lain sebagai berikut :
1)         Keuntungan memekai petikemas.
a)   Cepat dan ekonomis dalam menangani petikemas, terutama dalam bongkar muat petikemas di pelabuhan atau Interface.
b)   Keamanan terhadap kerusakan dan percurian lebih terjaga, terutama untuk barang-barang kecil atau berharga.
c)   Pembungkus barang tidak perlu terlalu kuat, karena tumpukan (Stacking) dapat dibatasi setinggi dalamnya petikemas.
2)         Kerugian memakai petikemas.
a)   Kapal petikemas mahal (lebih mahal dari kapal barang biasa).
b)      Harus dibuat terminal khusus untuk bongkar muat petikemas dan harus menggunakan peralatan khusus untuk mengangkut dan menumpuknya
c)      Jalan-jalan yang ada harus disesuaikan untuk pengangkutan petikemas.
d)     Dapat terjadi ketidakseimbangan dalam perdagangan antar negara, bila suatu negara tidak cukup persediaan petikemasnya.
b. Freight Petikemas
Didalam perdagangan Internasional dikenal pula istilah “Freight Container” yaitu suatu kotak yang terbuat dari besi, aluminium, plastic atau kayu yang dapat menampung barang-barang tertentu untuk diangkut (for shipment). Didalam publikasi dari The Organisation For Corporation AndDevelopment diartikan bahwa petikemas adalah “kotak”, biasanya terbuat dari metal dengan pintu dan dipasang bagian untuk mengangkatnya (lifting points). Kemudian pada tanggal 14 desember 1956, TheUno Economiccommission ForEurope yaitu komisi ekonomi PBB untuk eropa mendefinisikan petikemas adalah alat transport (Transport Device) yang kemudian oleh TechnicalCommittee 104 dari ISO( Intenational Standard Organization) diformulasi kembali. Setelah dirumuskan oleh wakil-wakil dari 15 negara dan oleh tiga Badan Internasional, maka dicapailah kesepakatan suatu definisi mengenai “FreghtContainer” sebagai berikut :
1)   Sifatnya cukup kuat untuk digunakan berulang kali.
2)   Dirancang secara khusus sebagai fasilitas untuk membawa barang dengan moda-moda transport yang ada.
3)   Dipasang alat-alat yang memungkinkan sewaktu-waktu digunakan untuk menanganinya dari satu alat transport ke alat transport yang lain.
4)   Dirancang sedemikian rupa sehinggga memudahkan untuk mengisi maupun mengosongkan.
5)   Mempunyai isi ruangan (Internal Volume) 1m3 = 35,3 cuft atau lebih.
4.    Perkembangan Angkutan Petikemas
a.     Perkembangan didalam armada angkutan laut dapat di bagi tiga sesuai dengan teknologi bangunan kapal. Ketiga tahapan tersebut antara lain :
1)   Kapal Konvensional.
2)   Kapal Semi Container.
3)   Kapal Full Container.
b.    Sedangkan angkutan dengan menggunakan petikemasdipelopori oleh :
1)   Sea Land Inc (1956), dengan pengangkutan petikemas sistem antara New York – Houston.
2)   Matson Navigation (1958), ke hawai mengangkut nanas kaleng.
3)   Pada tahun 1963, New York – California lewat Selat Panama.
4)   Pada tahun 1966, Trans Atlantic dalam service pertama.         
Setiap kapal petikemas mempunyai sistem untuk penempatan petikemas di dalamnya.Kapal petikemas yang saat ini sedang dikembangkan yaitu kapal yang dilengkapi sel-sel untuk penempatan petikemas yang lazimdisebut Cellulair ContainerVessel.Kapal petikemaspun mengalami tahapan sesuai dengan kemampuan angkut petikemas, dan tahapan-tahapan tersebut dikenal dengan istilah Generation dari kapal petikemas.
c.     Kapal petikemas sesuai dengan kemampuan mengangkut petikemas, dibagi dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :
1)   Generasi pertama, dimulai sekitar tahun 1966/1968 dimana sebenarnya kapal tersebut adalah kapal yang dirancang sebagai pengangkut muatan biasa, dimana pada kapal tersebut dimamfaatkan untuk mengangkut petikemas dalam batas tertentu, baik itu diatas dek dan di dalam palka dengan memakai alat angkat di dermaga secara konvensional.
2)   Generasi kedua, adalah kapal petikemas yang dirancang dengan bentuk sel-sel dengan ukuran 15 sampai 20.000 ton dengan kemampuan angkut 500 sampai 1000 petikemas.
3)   Generasi ketiga, adalah kapal petikemas yang dirancang dengan bentuk sel-sel yang berukuran antara 40 sampai 45.000 ton dengan daya tampung 2.000 sampai 3.000 unit petikemas.
Kapal dagang dalam pelayaran yang singgah di pelabuhan akan memuat atau membongkar muatannya. Jasa bongkar muat di pelabuhan ini dilaksanakan oleh perusahaan bongkar / muat.Dalam melakukan usaha atau beroperasinya perusahaan bongkar / muat diatur oleh pemerintah.kegiatan bongkar / muat petikemasdari / ke kapal dilakukan di terminal khusus yaitu terminal petikemas.
Di terminal petikemas bongkar/muat petikemas dilengkapi dengan peralatan petikemas modern seperti Container Crane (gantry crane), tpe past-panamay, selain itu dilengkapi dengan peralatan untuk penanganan dan transportasi dari petikemassuper stacker, side loader, forklift, crane, top loader dan lain-lain.
5.    Terminal Petikemas
Yang dimaksud dengan terminal petikemas adalah terminal yang dilengkapi sekurang-kurangnya dengan fasilitas berupa tambatan, dermaga, lapangan penumpukan (Container Yard), serta peralatan yang layak untuk melayani kegiatan bongkar muat petikemas (Berdasarkan ketentuan Pasal 1 dari Keputusan Direksi Pelabuhan Indonesia II Nomor  HK. 56/2/25/P.I.II-2002). Bongkar muat petikemas juga dapat dilakukan di terminal konvensional apabila diperlukan. Terminal petikemas terdiri dari : (Suyono, R.P., 2003:186-187).
a.    Unit Terminal Petikemas (UTPK)
Unit Terminal Petikemas (UTPK) adalah terminal di pelabuhan yang khusus melayani petikemas dengan sebuah lapangan (Yard) yang luas dan diperkeras untuk bongkar muat dan menumpuk petikemas yang dibongkar atau yang akan dimuat ke kapal. Karena kapal petikemas tidak dilengkapi dengan   alat bongkar muat, maka bongkar muat kapal petikemas dilakukan dengan gantry crane, yaitu derek darat yang hanya dapat digunakan untuk membongkar dan memuat petikemas dengan kapasitas lebih kurang 50 ton.
Untuk membongkar memuat suatu kapal, di UTPK diperlukan suatu lapangan luas tertentu  bagi suatu kapal untuk menimbun sementara petikemas-petikemas yang baru dibongkar atau menyusun petikemas-petikemas yang akan dimuat, karena petikemas harus dimuat sesuai urutan dalam penyusunan di dalam kapal. Lapangan luas tersebut dinamakan Mashalling Yard.
Di UTPK juga terdapat lapangan penimbunan untuk stacking petikemas. Peralatan yang dipergunakan untuk memindahkan dan menimbun petikemas adalah top loader, side loader dan super stacker. Sedangkan alat untuk pengangkutannya adalah chassis dan prime mover.
b.    Container Yard (CY).
Container Yard adalah kawasan di daerah pelabuhan yang digunakan untuk menimbun petikemas FCL yang akan dimuat atau dibongkar dari kapal.
c.    Container Freight Station (CFS).
Container Freight Station adalah kawasan yang digunakan untuk menimbun petikemas LCL, melaksanakan stuffing/stripping, untuk menimbun break-bullcargo yang akan di stuffing ke petikemas atau di stripping dari petikemas untuk menimbun petikemas FCL yang akan diserahkan kepada consignee atau diterima dari shipper.
d.   Inland Container Depot (ICD).
Inland Container Depot adalah kawasan di pedalaman atau di luar daerah pelabuhan yang berada di bawah pengawasan bea dan cukai yang digunakan untuk menimbun  petikemas FCL yang akan diserahkan kepada consignee atau diterima dari shipper. (Suyono, R.P., 2003:186-187).
6.    Ukuran Petikemas
Agar pengoperasian petikemas dapat berjalan dengan baik, maka semua pihak yang terlibat harus menyetujui agar ukuran-ukuran dari petikemas harus sama dan sejenis serta mudah di angkut (Suyono, R.P., 2003 : 168-187).
Badan Internasional standart Organization (ISO) telah menetapkan ukuran-ukuran dari petikemas sebagai berikut :
a.    Container 20’ DryFreight (20 feet)
1)      Ukuran luar       : 20’  (p) x 8’ 6” (t) Atau  : 6.058 x 2.438 x 2.591
2)      Ukuran dalam    : 5.919 x 2.340 x 2591 m
3)      Kapasitas           : Cubic Capasity       : 33 Cbm
4)      Pay Load           : 22.1  ton
b.    Container 40’ Dry Freight (40 feet)
1)      Ukuran luar           : 40’  x  8’6” Atau : 12.192 x 2.438 x 2.592 m
2)      Ukuran dalam       : 12.045 x 2.309 x 2.379
3)      Kapasitas              : Cubic Capasity         : 67,3  Cbm
4)      Pay Load              : 29,6 ton
Ukuran muatan dalam pembongkaran pemuatan kapal petikemas dinyatakan dalam TEU (Twenty Foot Equivalent Unit).Oleh karena ukuran standar dari petikemas dinilai dari panjang 20 feet, maka satu petikemas 20’ dinyatakan sebagai 1 TEU dan petikemas 40’ dinyatakan sebagai 2 TEU sering juga dinyatakan dalam FEU (Fourty Foot Equivalent Unit).
Meskipun ukuran petikemas dari luar adalah seragam atau sama, namun petikemas dikeluarkan dalam berbagai variasi sesuai kegunaan, variasi tersebut dapat dilihat melalui bentuk, ukuran barang yang dimuat dan cara pengisian muatan ke dalamnya. Ada petikemas yang berbentuk kotak, tabung ataupun flat, ada yang berukuran besar dan kecil, ada yang memuat barang padat, gas, cair maupun curah. Ada yang diisi dari depan, samping atau dari atas, dan juga ada yang dilengkapi dengan pendingin untuk muatan beku. (Suyono, R.P., 2003:179-180).
7.    Jenis-jenis Petikemas.
Oleh karena komoditi yang diperdagangkan dalam perdagangan dunia jenisnya beraneka ragam, demikian juga arah pengangkutan dan sarana penunjangnya berbeda-beda maka jenis petikemas yang diperlukan bagi pengangkut barang dagangan internasionalpun berbeda-beda pula. Bahan baku petikemas biasanya terbuat dari berbagai jenis bahan diantaranya Steel Container,Aluminium Container, Fiberglass, dan kayu lapis (Plywood).(Sudjatmiko, F.D.C:234).
Jenis-jenis petikemas / container dibagi dalam 6 kelompok yaitu :
a.    General Cargo.
General Cargo Container adalah petikemas yang dipakai untuk mengangkut muatan umum (general cargo).
Petikemas yang termasuk dalam general cargo adalah :
1)   General PurposeContainer
Petikemas inilah yang biasa dipakai untuk mengangkut muatan umum (general cargo).
2)   Open-sideContainer
Petikemas yang bagian sampingnya dapat dibuka untuk memasukkan dan mengeluarkan barang yang karena ukuran atau beratnya lebih mudah dimasukkan atau dikeluarkan melalui samping petikemas.
3)   Open-topContainer
Petikemas yang bagian atasnya dapat dibuka agar barang dapat dimasukkan atau dikeluarkan lewat atas. Tipe petikemas ini diperlukan untuk mengangkut barang berat yang hanya dapat dimasukkan lewat atas dengan menggunakan deret (crane).
4)   Ventilated Container
Petikemas yang mempunyai ventilasi agar terjadi sirkulasi udara dalam petikemas yang dipergunakan oleh muatan tertentu, khususnya muatan yang mengandung kadar air tinggi.
b.    ThermalContainer
Thermal container adalah petikemas yang dilengkapi pengatur suhu untuk muatan tertentu. Petikemas yang termasuk kelompokthermaladalah:
1)      Insulated Container
Petikemas yang dinding bagian dalamnya diberi isolasi agar udara dingin di dalam petikemas tidak menembus keluar.
2)      Reefer Container
Petikemas yang dilengkapi dengan mesin pendingin untuk mendinginkan udara dalam petikemas sesuai dengan suhu yang diperlukan bagi barang yang mudah busuk, seperti sayuran, daging, atau buah-buahan.
3)        Heated Containe.
Petikemas yang dilengkapi dengan mesin pemanas agar udara didalam petikemas dapat diatur pada suhu yang diinginkan.
4)        Tank Container
Tank container adalah tangki yang ditempatkan dalam kerangka petikemas yang dipergunakan untuk muatan cair (liquid bulk) maupun gas (gas bulk).
5)        Dry Bulk Container
Dry bulk container adalah general purpose container yang dipergunakan khusus untuk mengangkut muatan curah (bulk cargo). Untuk memasukkan atau mengeluarkan muatan tidak melalui pintu depan seperti biasanya, tetapi melalui lubang di bagian atas untuk memasukkan muatan dan lubang atau pintu di bagian bawah untuk mengeluarkan muatan (gravity discharge). Lubang atas dapat juga dipergunakan untuk membongkar muatan dengan cara dihisap (pressuredischarge).
6)        Specials Container
Specials Container adalah petikemas yang khusus dibuat untuk muatan tertentu, Seperti petikemas untuk muatan ternak (cattle container) atau muatan kendaraan (car container) (Suyono, R.P., 2003:182-185).
8.    Penanganan Petikemas di CY
Dalam menangani petikemas di lapangan atau depot, hal-hal yang harus diperhatikan adalah : (Suyono, R.P., 2003:194)
a.    Tempat penumpukan harus keras dan rata.
b.    Cara menumpuk (stacking) :
1)   Petikemas 40 feet tidak boleh ditindih oleh petikemas 20 feet.
2)   Tidak boleh meletakkan silang antara satu dan lainnya.
3)   Antara sudut petikemas di atas dan di bawah harus saling beradu.
4)   Peralatan untuk menangani (handling) petikemas harus siap.
9.    Bongkar Muat Petikemas dari Kapal
Dalam bongkar muat petikemas dari kapal, kita harus mengetahui posisi petikemas yang akan dibongkar muat. Posisinya antara lain sebagai berikut :
1)        Bay adalah pembagian kapal secara membujur dari haluan ke buritan dan mulai dari no. 1 dan seterusnya. Panjang bay adalah sama dengan panjang petikemas. Bay dengan nomor ganjil adalah untuk petikemas 20 feet sedangkan untuk nomor genap petikemas 40 feet. Tidak semua baybernomor genap dapat dipergunakan untuk petikemas40 feet, hanya nomor genap yang berhimpitan yang dapat dipergunakan untuk 40 feet.
2)        Row adalah pembagian kapal secara melintang dari tengah kapal kiri dan ke kanan. Contohnya dari tengah ke kiri row 02, 04, 06 dan seterusnya sedangkan dari tengah ke kanan row 01, 03, 05 dan seterusnya. Untuk center line diberi nomor 00. Row dapat juga diberi nomor urut dari kiri ke kanan, seperti 01, 02, 03, 04 dan seterusnya. Lebar row adalah sama dengan lebar petikemas.
3)        Tier adalah pembagian nomor susunan petikemas secara vertical. Untuk pembagian nomor dari tier dibagi dua bagian, yaitu : petikemas yang dimuat dalam palka diberi nomor genap mulai dari 02. Misal tier 02, 04, 06 dan seterusnya. Sedangkan petikemas yang dipadatkan di atas dek kapal diberi nomor genap dengan angka awal 8 ke atas. Misalnya 82, 84, 86, 88 dan seterusnya.
a.    Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dalam bongkar muat.
Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dalam bongkar muat pada dasarnya sebagai berikut : (Suyono, R.P., 2003:219-228).
1)        Stevedoring adalah jasa bongkar/muat dari atau ke kapal, atau ke dermaga, tongkang, gudang, truk atau lapangan dengan menggunakan derek kapal atau alat bantu pemuatan lainnya.
2)        Haulage adalah gerakan petikemas dari lambung kapal ke CY atau ke CFS dengan menggunakan Chasis dan Head Truck (trailer) atau kegiatan sebaliknya.
3)        Lift on / lift off, Lift on, memindahkan atau menaikan petikemas dari CY ke Truck. Sedangkan Lift off, menurunkan petikemas dari truck ke CY.
4)        Stacking adalah menumpuk petikemas di lapangan penumpukan (CY).
5)        Stripping adalah mengeluarkan barang dari dalam petikemas. Alat yang dipakai forklift atau buruh TKBM.
6)        Stuffing adalah mengisi atau memasukkan barang atau muatan ke dalam petikemas. Alat yang dipakai forklift atau buruh TKBM.
7)        Angsur adalah memindahkan petikemas tetapi masih dalam satu lokasi atau CY tetapi jaraknya tidak terlalu jauh, alat yang dipakai truck trailer, forklift dan mobil crane.
8)        Shifting on Board adalah gerakan pemindahan petikemas dari satu petak kapal ke petak kapal yang lain dalam satu palka kapal atau ke palka yang lain.
9)        Shifting via Landed adalah gerakan pemindahan petikemas dari satu petak kapal ke dermaga atau lapangan penumpukan dan kemudian menempatkan kembali ke petak kapal semula.
10)    Receiving / Delivery adalah operasi penerimaan / penyerahan barang muatan merupakan kegiatan menerima atau menyerahkan barang dari dan ke wilayah pelabuhan.
10.     Dokumen-dokumen Bongkar Muat
Secara garis besar, dokumen tersebut dipilah menjadi dua macam, yaitu dokumen pemuatan dan dokumen pembongkaran barang.
a.    Stevedoring dan Cargodoring
1)   Manifest adalah daftar semua barang di atas kapal yang akan dibongkar disatu pelabuhan (merupakan rekapitulasi B/L untuk satu pelabuhan tujuan).
2)   Stowage Plane adalah dokumen berupa gambar belahan kapal yang menunjukkan penempatan barang di atas kapal.
3)   Hatch Listadalah daftar barang yang dimuat pada masing-masing palka.
4)   Dangerous Cargo adalah daftar barang-barang berbahaya yang dimuat di atas kapal.
5)   Damage Report adalah daftar barang-barang yang rusak yang dimuat/dibongkar ke/dari kapal.
6)   Ship Particular adalah keterangan tentang bagian-bagian kapal (panjang/lebar kapal, type Derek dan SWLnya, Dead Weight Ton masing-masing palka) yang berkaitan dengan kagiatan bongkar / muat.
7)   N O R adalah Notice Of Readines yaitu Nota Kesiapan bahwa kapal menyatakan siap untuk dimuat / dibongkar.
8)   Tally Sheet adalah dokumen untuk menghitung jumlah coily yang dimuat / dibongkar (termasuk catatan rusak kalau ada untuk pertanggung jawaban kepada kapal / gudang).
9)   Time Sheet adalah dokumen untuk menghitung jumlah waktu efektif kegiatan bongkar/muat, untuk pertanggungjawaban kepada owner/pencater.
10)    Labour Sheet adalah dokumen yang mencatat jumlah TKBM, jam efektif bekerja, peralatan yang digunakan untuk pertanggungjawaban kepada kapal.
11)    Daylay Report adalah laporan hasil bongkar/muat setiap harinya dibuat atas dasar Tally Sheet.
12)    Balance Report adalah laporan tentang sisa barang di atas kapal yang belum terbongkar (akan dibongkar hari berikutnya) dibuat atas dasar daylay report.
13)    Damage Report adalah laporan tentang barang rusak yang dibongkar/dimuat dari/ke kapal (jika ada), untuk pertanggungjawaban  kepada kapal/pelayaran.
14)    Statement of Fact adalah berisikan semua kejadian kegiatan bongkar/muat dari awal sampai selesai, umtuk pertanggungjawaban kepada kapal/pelayaran.
15)    Short/Over Landed adalah berisikan keterangan tentang barang lebih/kurang dibongkar/dimuat dari/ke kapal untuk pertanggungjawaban kepada kapal/pelayaran.
16)    Berita Acara Serah Terima adalah dibuat setelah pekerjaan pembongkaran, pemuatan, pemasukan, pengeluaran selesai untuk pertanggungjawaban kepada kapal/ Gudang Lini I.
b.        Receiving dan Delivery
1)        Shipping Instruction yaitu dibuat oleh pemilik barang (shipper) kepada pelayaran untuk mengapalkan barangnya.
2)        Ijin Timbun (1.B)  yaitu ijin timbun dari PT. Pelindo kepada pemilik barang/wakilnya.
3)        Surat Pengantar Truck adalah surat pengantar dari pemilik barang ke gudang untuk masing-masing yang mengangkut.
4)        Delivery Order adalah perintah dari pelayaran kepada gudang untuk mengeluarkan barang dari gudang.
5)        Tally Sheet.
6)        Berita Acara.
11.     Istilah-Istilah dalam petikemas
a.    Collapsible Container adalah petikemas yang dapat dilipat.
b.    Container Load adalah petikemas yang diisi penuh sesuai pay load.
c.    Container Part-Load adalah petikemas yang tidak terisi penuh sesuai pay load, sehingga mungkin dapat diisi barang lain.
d.   Corner Casting adalah besi penguat di ujung sudut petikemas.
e.    Corrugated Container adalah petikemas dengan dinding bergelombang.
f.     Data Plane adalah pelat baja di petikemas yang berisi informasi tentang berat dan tata serta ukuran luar.
g.    Dunnage adalah bahan untuk mengukuhkan barang dalam petikemas atau untuk menghindari agar tidak tergesek barang lain.
h.    Interface adalah titik pertamuan antara dua sistem, misal antara jalan dan terminal pelabuhan.
12.     Pemeriksaan Petikemas (Checking Container)
adalah dapatdibagikan sebagai berikut: (Suyono, R.P., 2003:196-199).
1.    Sebelum mengisi (stuffing).
a)    Tampak luar (external).
1)   Tidak terdapat lobang / sobek luar.
2)   Tidak terdapat kerusakan pada kunci pintu.
3)   Atap / atap terpal open top dalam keadaan baik dan memenuhi syarat untuk digunakan.
4)   Label bagi petikemas yang membubuhkannya.
5)   Suhu dari reefer container harus sesuai dengan kebutuhan barang yang akan dimasukkan di dalamnya.
b)   Tampak di dalam (Internal).
1)   Bersih dari kotoran, debu, oli dan cairan lainnya.
2)   Kering yaitu bebas dari keringat dan penyebab basah lainnya.
3)   Pemberantasan hama untuk menghindari kelambatan oleh pemeriksaan kesehatan pelabuhan.
4)   Terjamin kedar air (Watertight) seal karet pintu, dan kemungkinan bocor disemua dinding dan lantai.
5)   Intruksi-intruksi yang mungkin ada pada petikemas.
2.    Sesudah packing (stuffing).
a)    Tekanan pada muatan jika petikemas mengalami goncangan.
b)   Pemeriksaan pabean (supaya diatur untuk memudahkan pemeriksaan, contoh-contoh dekat pintu).
c)    Keamanan yaitu supaya diperiksa pintu apakah sudah terkunci rapi (jangan mengundang pencuri dengan memasang label yang menjelaskan isi petikemas).
d)   Label bagi barang-barang berbahaya, supaya dipasang label.
3.    Sebelum Stripping.
a)    Memeriksa kondisi segel-segel pada petikemas.
b)   Kondisi umum luar petikemas.
c)    Apakah terdapat label barang berbahaya.
d)   Pintu kanan lebih dulu dibuka untuk mencegah jatuhnya barang-barang.
4.    Sesudah Stripping.
a)    Consigneemembersihkan petikemas untuk pembuatan kembali karena ada term angkutan selanjutnya.
b)   Memeriksa apa ada kebocoran pada dinding-dinding / lantai petikemas selama pelayaran sehingga telah menyebabkan basah dan menimbulkan claim pada muatan.
I.     METODOLOGI
       Untuk memperlancar penelitian maka penyusun memerlukan metode yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan subjek-subjek penelitian yang terdiri dari pihak-pihak terkait yang dapat memberikan informasi.
1.    Data yang diperoleh
Dari data yang diperoleh dapat dibagikan sebagai berikut :
a.    Gambaran Umum
b.    Sejarah Pelabuhan
c.    Letak Geografis
d.   Fasilitas
e.    Data Perusahaan PT. Mustika Alam Lestari
f.     Visi Misi Perusahaan
g.    Struktur Organisasi
h.    Dokumen-dokumen yang diperlukan
2.    Metode pengumpulan data
a.    Metode Observasi
Metode Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik objek yang di teliti.
b.   Metode Interview
Metode Interview adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 2005:70).
3.        Analisa Data    
Analisa data menggunakan analisa deskriptif yaitu setelah data yang dikumpulkan telah diedit, decoded dan telah diikhtisarkan, maka langkah selanjutnya adalah analisis terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh (Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 2005:153)

J.        SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTEK KERJA
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I : PENDAHULUAN
1.    Penegasan Arti Judul
2.    Alasan Pemilihan Judul
3.    Latar Belakang Masalah
4.    Rumusan Masalah
5.    Tujuan Penyusunan Laporan
6.    Manfaat Penyusunan Laporan
7.    Tinjauan Teoritis
8.    Metodologi
BAB II : GAMBARAN UMUM
1.    Sejarah Singkat PT Mustika Alam Lestari
2.    Tugas dan Fungsi
3.    Tujuan Didirikan
4.    Letak Geografis dan Topografi
5.    Keadaan Geografis
6.    Kondisi Topografi
7.    Fasilitas-fasilitas Yang Dimiliki
8.    Potensi Kolam Pelabuhan
9.    Potensi Dermaga
10.                        Struktur Organisasi Perusahaan dan Tata Kerjanya
BAB III : PEMBAHASAN
BAB IV : PENUTUP
1.    Kesimpulan
2.    Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
















DAFTAR PUSTAKA
Anton M. Moeliono, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Cholid Narbuko, Drs, dan H. Abu Achmadi, Drs, 2005, Metodologi Penelitian, Cetekan Ketujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Herry Gianto, Msc, Drs, dan Arso Murtopo, Catp, 1990, Pengoperasian PelabuhanLaut, BPLP Semarang, Semarang.
Marwan Asri, S. W., MBA., Drs, dan John Suprihanto, 1986, ManajemenPerusahaan Pendekatan Operasional, Edisi Satu, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Sudjatmiko, F .D .C., Drs, 1985, Pokok-Pokok Pelayaran Niaga, Edisi Kedua, Akademika Pressindo, Jakarta.
Sutrino Hadi, Drs, MA, 1988, Bimbingan Menulis Skripsi dan Thesis, Andi Offset, Yogyakarta.
Suyuno R. P., Capt., 2003, Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor InporMelalui Laut, Edisi Revisi, PPM, Jakarta.
Arsip PT. (Persero) Pelindo III Cabang Kumai, 2010, Kumai, Kalimantan Tengah.
Kesepakatan bersama, 2010, Kumai, Kalimantan Tengah.
Peraturan Pemerintah No. 69, Tahun 2001.,Tentang Kepelabuhan, Balai Pustaka, Jakarta.



1 comment: