PROPOSAL
PRAKTEK DARAT
A.
JUDUL
PROPOSAL
“PROSEDUR BONGKAR MUAT PETIKEMAS OLEH PT. MUSTIKA ALAM LESTARI DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA”
B.
PENEGASAN
ARTI JUDUL
Dari judul yang penyusun kemukakan dapat menegaskan
arti dari kata-kata yang terdapat dalam judul “Prosedur Bongkar Muat Petikemas pada PT. Mustika Alam Lestari
di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara”
sebagai berikut :
1.
Prosedur
Adalah
serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang harus dijalankan
atau dieksekusi dengan cara yang sama agar selalu memperoleh hasil yang sama
dari keadaan yang sama dalam menjalankan aktivitas (http://id.wikipedia.org/wiki/prosedur).
2.
Bongkar/Muat
Adalah
kegiatan membongkar barang dari/ke kapal, dermaga, tongkang atau muat dari/ke
kapal, dermaga, tongkang, truk, dengan menggunakan derek kapal atau yang lain (Herry
Giantodan Arso Martopo, 1990:30).
3.
Petikemas
Adalah
salah satu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat
dipakai berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus untuk
mengangkut muatan yang ada di dalamnya (Suyono, R.P., 2003:197).
4.
PT (Perseroan
Terbatas)
Adalah
suatu persekutuan untuk menjalankan usaha bersama yang memiliki modal terdiri
dari saham-saham, dan pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang
dimilikinya, karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjual
belikan, maka perubahan ke pemilikkan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu
membubarkan perusahaan. (http://pengertian-perseroan-terbatas.co.id)
5.
Pelabuhan
Adalah
tempat yang terdiri dari atas daratan dan/ atau perairan dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan pengusahaan yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/ atau
bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
Jadi dari penegasan arti judul diatas dapat disimpulkan
bahwa “ Prosedur Bongkar Muat Petikemas oleh PT. Mustika Alam Lestari di Jakarta”
adalah tindakan untuk proses pengurusan bongkar muat petikemas dan untuk
mengurus semua kegiatan yang diperlukan, bagi terlaksananya bongkar muat
petikemas yang diselenggarakan oleh PT. Mustika Alam Lestari di Jakarta.
C.
ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Alasan pemilihan judul yaitu untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai prosedur
bongkar muat petikemas
yang dilakukan oleh PT. Mustika Alam
Lestari di Pelabuhan Tanjung priok jakarta utara
hingga sampai ke lapangan penumpukan petikemas di pelabuhan.Penyusun juga telah
mempertimbangkan dari berbagai aspek yang nantinya dapat menambah dan membantu,
serta menunjang pembuatannya.
1.
Alasan
Ilmiah
Untuk membandingkan dan menerapkan ilmu
yang diperoleh selama kuliah serta memadukan teori-teori dengan kenyataan yang
sebenarnya dilapangan.
2.
Alasan
Praktis
Untuk melihat secara langsung kenyataan
mengenai PT. Mustika Alam Lestari
di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara
dalam menangani bongkar muat petikemas dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
lainnya di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Utara.
3.
Alasan
Lain
Untuk mencari kemungkinan-kemungkinan
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bongkar muat petikemas serta memberikan
sedikit sumbangan pikiran bagi perkembangan kegiatan bongkar muat yang dilakukan
oleh PT. Mustika Alam Lestari
di Pelabuhan Tanjung
Priok Jakarta Utara.
D.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Containerisasi dimaksudkan kepada
pengangkutan barang-barang dengan memakai petikemas pada setiap moda transport,
baik itu melalui laut, darat maupun udara. Pengangkutan melalui laut dengan menggunakan
petikemas telah dirintis sejak kurang lebih 50 tahun yang lalu oleh beberapa
perusahaan raksasa antara lain :Sea Land
Service, Associated Steamship dan Matson
Navigation Coy.
Pengangkutan dengan menggunakan
petikemas dikembangkan terus terutama pengangkutan barang-barang melalui laut,
dan semakin meningkat pada tahun delapan puluhan. Jika dibandingkan dengan
pengangkutan barang dengan menggunakan kapal konvensional, containerisasi
mengakibatkan pengaruh bagi sub sistem didalam cara pengiriman maupun
penerimaan barang, begitu pula dengan pengoperasian kapal dan sistem Cargo Handlingnya.
Perkembangan pelabuhan sangat ditentukan
oleh perkembangan aktivitasnya, semakin ramai perkembangan di pelabuhan
tersebut maka akan semakin besar pelabuhan tersebut. Perkembangan perdagangan
juga dipengaruhi jenis kapal dan lalu lintas yang dilewati pelabuhan
tersebut.Oleh karena itu setiap negara berusaha membangun dan mengembangkan
pelabuhan sesuai dengan tingkat keramaian dan jenis perdagangan yang di tampung
oleh pelabuhan tersebut.Dengan demikian perkembangan pelabuhan seiring dengan
perkembangan ekonomi negara. Meningkatkan aktivitas perdagangan di pelabuhan
membuat pengelola pelabuhan membuka tempat-tempat Open Stowage untuk penumpukan petikemas (Container), yang sebelumnya digunakan untuk kegiatan lain. Salah satu
faktor yang mempengaruhi perkembangan pelabuhan adalah perkembangan petikemas.
Dengan adanya petikemas dan
kemudahan-kemudahan dari moda transport yang satu ke moda yang lain mengubah
filosofi letak pelabuhan.
Perkembangan petikemas terutama
permintaan akan jasa petikemas meningkat cepat disebabkan oleh pertumbuhan
teknologiangkutan laut (sistem angkutan petikemas).
Untuk menghadapi globalisasi dunia saat ini dibutuhkan sarana dibidang angkutan
laut yang terdiri dari kapal petikemas dan terminal petikemas yang dilengkapi
dengan fasilitas untuk menunjang kegiatan bongkar muat petikemas. Selain itu
pemerintah juga sangat mendukung dan
memudahkan dalam setiap kegiatan-kegiatan angkutan laut ataupun kegiatan
bongkar muat petikemas.
Didalam pengangkutan muatan dengan menggunakan
kapal konvensional satu palka kapal dibongkar atau dimuat sebanyak 15 ton
general cargo per jam, tetapi dengan sistem petikemas dengan menggunakan Full Container Vessel dapat dikerjakan
dengan satu alat angkat (Quay Fontainer Crane)jika
setiap jam dimuat atau dibongkar 15 buah petikemas berukuran 20 feet atau 15 ton, berarti minimum sebuah
petikemas vessel hanya dengan menggunakan satu alat angkat dapat memuat atau
membongkar barang sebanyak 300 ton atau dengan menggunakan dua alat angkat
sebagaimana lazimnya terdapat pada petikemas terminal, maka berarti dalam satu
jam dapat mengerjakan 600 ton minimum bagi setiap kapal petikemas.
Bagaimana sistem angkutan petikemas
sudah berkembang di dunia sebagai bagian dari perkembangan teknologi maju yang
mencari upaya untuk mendapatkan efesiensi
yang optimal. Petikemas secara umum digambarkan sebagai gudang yang dapat dipindahkan
dan digunakan untuk mengangkut barang, merupakan perangkat perdagangan dan
sekaligus juga merupakan komponen dan sistem pengangkutan. Selain itu pemilihan
sarana angkutan ini didasarkan pada faktor keamanan barang, kecilnya resiko
atas kerusakan dan murahnya biaya penanganan ditinjau dari kecepatan pelayanan
dan besarnya kapasitas angkut.
E.
RUMUSAN
MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas dapat
dirumuskan permasalah sebagai berikut : Bagaimana Prosedur Bongkar Muat Petikemas
yang dilakukan oleh PT. Mustika Alam
Lestari di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara.
F.
TUJUAN
PENYUSUNAN LAPORAN
Untuk
memberi gambaran secara langsung tentang prosedur
bongkar/muat sehingga penyusun akan terjun langsung dalam suatu praktek kerja,
dan dapat mengetahui secara langsung setiap kegiatan yang ada dan suatu kendala
yang dihadapi, serta pemecahan maupun antisipasi yang dilakukan dalam setiap
keadaan tersebut.
1.
Tujuan
Akademik
Untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan jenjang Diploma III Jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga.
2.
Tujuan
Ilmiah/ Ilmu Pengetahuan
Untuk menambah pengalaman bagi
taruna-taruni dalam ilmu pengetahuan dan menerapkan ilmu tersebut atau teori
yang didapat selama dalam perkuliahan.
3.
Tujuan
Lain
Untuk
pengembangan ilmu pengetahuan yang didapat selama dalam perkuliahan.
G.
MANFAAT
PENYUSUNAN LAPORAN
Beberapa manfaat yang penyusun harapkan dalam penyusunan proposal ini yang
didapat selama dalam perkuliahan.
1.
Bagi
Penyusun
Untuk
memberi gambaran mengenai praktek kerja yang dilaksanakan dan mendapatkan
pengetahuan yang didapatkan di lapangan.
2.
Bagi
Akademi
Menambah referensi yang diperoleh dari
hasil praktek kerja di lapangan, dan menerapkan teori yang telah diperoleh di
bangku kuliah serta dapat menambah wawasan dan masukan-masukan yang bermanfaat
dari hasil praktek kerja di lapangan.
H.
TINJAUAN
TEORITIS
Sehubungan
dengan perkembangan perekonomian maka perlu adanya sarana dan alat angkut yang
digunakan untuk mengirim barang menggunakan transportasi laut yang lebih
efektif dan efisien untuk pengangkutan barang dalam jumlah besar, menyebabkan
peti kemas menjadi moda yang dipilih dan cepat berkembang pesat.
Petikemas dapat dikatakan sebagai
gudang mini yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain dan daya tampung
muatan yang cukup tinggi volumenya dan dapat diangkat dengan mudah dan cepat,
dari kapal ke dermaga atau dari dermaga ke kapal.
Penggunaan petikemas merupakan
penyempurnaan terhadap tatanan menuju tercapainya efisiensi dan efektifitas
yang lebih optimal. Pengelolaan angkutan melalui laut merupakan salah satu
usaha memperlancar kegiatan perniagaan untuk mengirim barang.
Agar kapal yang mengangkut peti
kemas dapat melakukan bongkar muat di pelabuhan dengan cepat maka perlu adanya
alat dan fasilitas yang lengkap dan memadai baik di pelabuhan maupun di dermaga
serta di atas kapal.
1.
Angkutan
Laut
Yang
dimaksud dengan angkutan laut adalah setiap kegiatan pelayaran dengan
menggunakan kapal laut untuk mengangkut penumpang, barang dan hewan untuk satu
kali perjalanan atau lebih serta beberapa pelayaran (Herry Gianto dan Arso
Martopo, 1990: 1).
2.
Pengangkutan
Barang Impor dan Ekspor
Yang
dimaksud dengan barang impor adalah petikemas yang berisi muatan imporakan
disegel atau ditera oleh bea cukai setelah diperiksa isinya sesuai dengan manifes
kapal dan sesudah itu petikemas akan diangkut ke ICD yang ditunjuk atau ada
perjanjian dengan carrier.Juga dapat
dilaksanakan oleh freight forwader atau
EMKL yang mengadakan perjanjian dengan perusahaan pelayaran. Sedangkan dalam
muatan ekspor, shipperakan memberikan
shipping instruction bersama dokumen
muatan lainnya kepada bea cukai di ICD. Juga diberi tahu, barangnya akan
diekspor ke negara mana. Setelah diperiksa oleh bea cukai dan selesai stuffing dari petikemasyang diawasi oleh
bea cukai, pintu petikemasditutup dan disegel oleh bea cukai.
3.
Pengertian
dan Perkembangan Angkutan Petikemas (Container)
Yang
dimaksud dengan pengertian perkembangan petikemas adalah sebagai berikut :
a.
Pengertian Umum
Petikemas
Petikemas
yang di Indonesia dikenal dengan nama petikemas dalam praktek merupakan
peti-peti yang terbuang dari bahan logam. Dari bermacam-macam ukuran dan tipe,
petikemas bisa juga dikatakan sebagai The
Moving Go Down ukuran kecil yaitu gudang mini yang bergerak dari satu
tempat ke tempat lain sebagai akibat dari adanya pengangkutan.
Petikemas
dibuat untuk memuat dan mengangkut semua jenis barang produksi industri maupun
agraria, dan menciptakan daya tampung muatan dalam satu petikemas yang cukup
tinggi volumenya dan dapat diangkut dengan cepat dan mudah dari kapal atau
sebaliknya.
Keuntungan dan
kerugian memakai petikemas antara lain sebagai berikut :
1)
Keuntungan memekai
petikemas.
a)
Cepat dan ekonomis
dalam menangani petikemas, terutama dalam bongkar muat petikemas di pelabuhan
atau Interface.
b)
Keamanan terhadap
kerusakan dan percurian lebih terjaga, terutama untuk barang-barang kecil atau
berharga.
c)
Pembungkus barang tidak
perlu terlalu kuat, karena tumpukan (Stacking)
dapat dibatasi setinggi dalamnya petikemas.
2)
Kerugian memakai
petikemas.
a)
Kapal petikemas mahal
(lebih mahal dari kapal barang biasa).
b)
Harus dibuat terminal
khusus untuk bongkar muat petikemas dan harus menggunakan peralatan khusus
untuk mengangkut dan menumpuknya
c) Jalan-jalan
yang ada harus disesuaikan untuk pengangkutan petikemas.
d) Dapat
terjadi ketidakseimbangan dalam perdagangan antar negara, bila suatu negara
tidak cukup persediaan petikemasnya.
b.
Freight Petikemas
Didalam
perdagangan Internasional dikenal pula istilah “Freight Container” yaitu suatu kotak yang terbuat dari besi,
aluminium, plastic atau kayu yang dapat menampung barang-barang tertentu untuk
diangkut (for shipment). Didalam
publikasi dari The Organisation For
Corporation AndDevelopment diartikan bahwa petikemas adalah “kotak”,
biasanya terbuat dari metal dengan pintu dan dipasang bagian untuk
mengangkatnya (lifting points).
Kemudian pada tanggal 14 desember 1956, TheUno
Economiccommission ForEurope yaitu komisi ekonomi PBB untuk eropa
mendefinisikan petikemas adalah alat transport (Transport Device) yang kemudian oleh TechnicalCommittee 104 dari ISO(
Intenational Standard Organization)
diformulasi kembali. Setelah dirumuskan oleh wakil-wakil dari 15 negara dan
oleh tiga Badan Internasional, maka dicapailah kesepakatan suatu definisi
mengenai “FreghtContainer” sebagai
berikut :
1)
Sifatnya cukup kuat
untuk digunakan berulang kali.
2)
Dirancang secara khusus
sebagai fasilitas untuk membawa barang dengan moda-moda transport yang ada.
3)
Dipasang alat-alat yang
memungkinkan sewaktu-waktu digunakan untuk menanganinya dari satu alat
transport ke alat transport yang lain.
4)
Dirancang sedemikian
rupa sehinggga memudahkan untuk mengisi maupun mengosongkan.
5)
Mempunyai isi ruangan (Internal Volume) 1m3 = 35,3 cuft
atau lebih.
4.
Perkembangan
Angkutan Petikemas
a.
Perkembangan didalam
armada angkutan laut dapat di bagi tiga sesuai dengan teknologi bangunan kapal.
Ketiga tahapan tersebut antara lain :
1) Kapal
Konvensional.
2) Kapal
Semi Container.
3) Kapal
Full Container.
b.
Sedangkan angkutan
dengan menggunakan petikemasdipelopori oleh :
1)
Sea Land Inc (1956),
dengan pengangkutan petikemas sistem antara New York – Houston.
2)
Matson Navigation (1958),
ke hawai mengangkut nanas kaleng.
3)
Pada tahun 1963, New
York – California lewat Selat Panama.
4)
Pada tahun 1966, Trans
Atlantic dalam service pertama.
Setiap
kapal petikemas mempunyai sistem untuk penempatan petikemas di dalamnya.Kapal
petikemas yang saat ini sedang dikembangkan yaitu kapal yang dilengkapi sel-sel
untuk penempatan petikemas yang lazimdisebut Cellulair ContainerVessel.Kapal petikemaspun mengalami tahapan
sesuai dengan kemampuan angkut petikemas, dan tahapan-tahapan tersebut dikenal
dengan istilah Generation dari kapal
petikemas.
c.
Kapal petikemas sesuai
dengan kemampuan mengangkut petikemas, dibagi dalam tahapan-tahapan sebagai
berikut :
1)
Generasi pertama,
dimulai sekitar tahun 1966/1968 dimana sebenarnya kapal tersebut adalah kapal
yang dirancang sebagai pengangkut muatan biasa, dimana pada kapal tersebut
dimamfaatkan untuk mengangkut petikemas dalam batas tertentu, baik itu diatas
dek dan di dalam palka dengan memakai alat angkat di dermaga secara
konvensional.
2)
Generasi kedua, adalah
kapal petikemas yang dirancang dengan bentuk sel-sel dengan ukuran 15 sampai
20.000 ton dengan kemampuan angkut 500 sampai 1000 petikemas.
3)
Generasi ketiga, adalah
kapal petikemas yang dirancang dengan bentuk sel-sel yang berukuran antara 40
sampai 45.000 ton dengan daya tampung 2.000 sampai 3.000 unit petikemas.
Kapal
dagang dalam pelayaran yang singgah di pelabuhan akan memuat atau membongkar
muatannya. Jasa bongkar muat di pelabuhan ini dilaksanakan oleh perusahaan bongkar
/ muat.Dalam melakukan usaha atau beroperasinya perusahaan bongkar / muat
diatur oleh pemerintah.kegiatan bongkar / muat petikemasdari / ke kapal
dilakukan di terminal khusus yaitu terminal petikemas.
Di
terminal petikemas bongkar/muat petikemas dilengkapi dengan peralatan petikemas
modern seperti Container Crane (gantry crane), tpe past-panamay, selain
itu dilengkapi dengan peralatan untuk penanganan dan transportasi dari
petikemassuper stacker, side loader,
forklift, crane, top loader dan lain-lain.
5.
Terminal
Petikemas
Yang
dimaksud dengan terminal petikemas adalah terminal yang dilengkapi
sekurang-kurangnya dengan fasilitas berupa tambatan, dermaga, lapangan
penumpukan (Container Yard), serta
peralatan yang layak untuk melayani kegiatan bongkar muat petikemas
(Berdasarkan ketentuan Pasal 1 dari Keputusan Direksi Pelabuhan Indonesia II
Nomor HK. 56/2/25/P.I.II-2002). Bongkar muat
petikemas juga dapat dilakukan di terminal konvensional apabila diperlukan.
Terminal petikemas terdiri dari : (Suyono, R.P., 2003:186-187).
a.
Unit Terminal Petikemas
(UTPK)
Unit Terminal Petikemas (UTPK) adalah
terminal di pelabuhan yang khusus
melayani petikemas dengan sebuah lapangan (Yard)
yang luas dan diperkeras untuk bongkar muat dan menumpuk petikemas yang
dibongkar atau yang akan dimuat ke kapal. Karena kapal petikemas tidak dilengkapi
dengan alat bongkar muat, maka bongkar muat
kapal petikemas dilakukan dengan gantry
crane, yaitu derek darat yang hanya dapat digunakan untuk membongkar dan
memuat petikemas dengan kapasitas lebih kurang 50 ton.
Untuk membongkar memuat suatu kapal, di
UTPK diperlukan suatu lapangan luas tertentu
bagi suatu kapal untuk menimbun sementara petikemas-petikemas yang baru
dibongkar atau menyusun petikemas-petikemas yang akan dimuat, karena petikemas
harus dimuat sesuai urutan dalam penyusunan di dalam kapal. Lapangan luas
tersebut dinamakan Mashalling Yard.
Di UTPK juga terdapat lapangan penimbunan
untuk stacking petikemas. Peralatan
yang dipergunakan untuk memindahkan dan menimbun petikemas adalah top loader, side loader dan super stacker. Sedangkan alat untuk
pengangkutannya adalah chassis dan prime
mover.
b.
Container
Yard (CY).
Container Yard
adalah kawasan di daerah pelabuhan yang digunakan untuk menimbun petikemas FCL
yang akan dimuat atau dibongkar dari kapal.
c.
Container
Freight Station (CFS).
Container Freight
Station adalah kawasan yang digunakan untuk
menimbun petikemas LCL, melaksanakan stuffing/stripping,
untuk menimbun break-bullcargo yang
akan di stuffing ke petikemas atau di
stripping dari petikemas untuk
menimbun petikemas FCL yang akan diserahkan kepada consignee atau diterima dari
shipper.
d.
Inland
Container Depot (ICD).
Inland Container Depot
adalah kawasan di pedalaman atau di luar daerah pelabuhan yang berada di bawah
pengawasan bea dan cukai yang digunakan untuk menimbun petikemas FCL yang akan diserahkan kepada consignee atau diterima dari shipper. (Suyono, R.P., 2003:186-187).
6.
Ukuran
Petikemas
Agar
pengoperasian petikemas dapat berjalan dengan baik, maka semua pihak yang
terlibat harus menyetujui agar ukuran-ukuran dari petikemas harus sama dan
sejenis serta mudah di angkut (Suyono, R.P., 2003 : 168-187).
Badan
Internasional standart Organization (ISO) telah menetapkan ukuran-ukuran dari
petikemas sebagai berikut :
a.
Container
20’ DryFreight (20 feet)
1)
Ukuran luar :
20’ (p) x 8’ 6” (t) Atau : 6.058 x 2.438 x 2.591
2)
Ukuran dalam :
5.919 x 2.340 x 2591 m
3)
Kapasitas : Cubic Capasity : 33 Cbm
4)
Pay Load : 22.1
ton
b.
Container
40’ Dry Freight (40 feet)
1) Ukuran
luar : 40’
x 8’6” Atau : 12.192 x 2.438 x
2.592 m
2) Ukuran
dalam : 12.045 x 2.309 x 2.379
3) Kapasitas : Cubic Capasity : 67,3
Cbm
4) Pay
Load : 29,6 ton
Ukuran muatan dalam pembongkaran pemuatan
kapal petikemas dinyatakan dalam TEU (Twenty
Foot Equivalent Unit).Oleh karena ukuran standar dari petikemas dinilai
dari panjang 20 feet, maka satu
petikemas 20’ dinyatakan sebagai 1 TEU dan petikemas 40’ dinyatakan sebagai 2
TEU sering juga dinyatakan dalam FEU (Fourty
Foot Equivalent Unit).
Meskipun ukuran petikemas dari luar
adalah seragam atau sama, namun petikemas dikeluarkan dalam berbagai variasi
sesuai kegunaan, variasi tersebut dapat dilihat melalui bentuk, ukuran barang
yang dimuat dan cara pengisian muatan ke dalamnya. Ada petikemas yang berbentuk
kotak, tabung ataupun flat, ada yang berukuran besar dan kecil, ada yang memuat
barang padat, gas, cair maupun curah. Ada yang diisi dari depan, samping atau
dari atas, dan juga ada yang dilengkapi dengan pendingin untuk muatan beku. (Suyono,
R.P., 2003:179-180).
7.
Jenis-jenis
Petikemas.
Oleh karena komoditi yang diperdagangkan
dalam perdagangan dunia jenisnya beraneka ragam, demikian juga arah
pengangkutan dan sarana penunjangnya berbeda-beda maka jenis petikemas yang
diperlukan bagi pengangkut barang dagangan internasionalpun berbeda-beda pula.
Bahan baku petikemas biasanya terbuat dari berbagai jenis bahan diantaranya Steel Container,Aluminium Container, Fiberglass, dan kayu lapis (Plywood).(Sudjatmiko, F.D.C:234).
Jenis-jenis
petikemas / container dibagi dalam 6
kelompok yaitu :
a.
General
Cargo.
General
Cargo Container adalah petikemas yang dipakai
untuk mengangkut muatan umum (general
cargo).
Petikemas yang termasuk dalam general cargo adalah
:
1) General PurposeContainer
Petikemas
inilah yang biasa dipakai untuk mengangkut muatan umum (general cargo).
2) Open-sideContainer
Petikemas yang bagian sampingnya dapat
dibuka untuk memasukkan dan mengeluarkan barang yang karena ukuran atau
beratnya lebih mudah dimasukkan atau dikeluarkan melalui samping petikemas.
3) Open-topContainer
Petikemas yang bagian atasnya dapat
dibuka agar barang dapat dimasukkan atau dikeluarkan lewat atas. Tipe petikemas
ini diperlukan untuk mengangkut barang berat yang hanya dapat dimasukkan lewat
atas dengan menggunakan deret (crane).
4) Ventilated Container
Petikemas yang mempunyai ventilasi agar
terjadi sirkulasi udara dalam petikemas yang dipergunakan oleh muatan tertentu,
khususnya muatan yang mengandung kadar air tinggi.
b. ThermalContainer
Thermal
container adalah petikemas yang dilengkapi
pengatur suhu untuk muatan tertentu. Petikemas yang termasuk kelompokthermaladalah:
1) Insulated Container
Petikemas
yang dinding bagian dalamnya diberi
isolasi agar udara dingin di dalam petikemas tidak menembus keluar.
2) Reefer Container
Petikemas yang dilengkapi dengan mesin
pendingin untuk mendinginkan udara dalam petikemas sesuai dengan suhu yang
diperlukan bagi barang yang mudah busuk, seperti sayuran, daging, atau
buah-buahan.
3)
Heated
Containe.
Petikemas
yang dilengkapi dengan mesin pemanas agar udara didalam petikemas dapat diatur
pada suhu yang diinginkan.
4)
Tank
Container
Tank
container adalah tangki yang ditempatkan dalam
kerangka petikemas yang dipergunakan untuk muatan cair (liquid bulk) maupun gas (gas
bulk).
5)
Dry
Bulk Container
Dry
bulk container adalah general purpose container yang dipergunakan khusus untuk mengangkut
muatan curah (bulk cargo). Untuk
memasukkan atau mengeluarkan muatan tidak melalui pintu depan seperti biasanya,
tetapi melalui lubang di bagian atas untuk memasukkan muatan dan lubang atau
pintu di bagian bawah untuk mengeluarkan muatan (gravity discharge). Lubang atas dapat juga dipergunakan untuk
membongkar muatan dengan cara dihisap (pressuredischarge).
6)
Specials
Container
Specials Container
adalah petikemas yang khusus dibuat untuk muatan tertentu, Seperti petikemas
untuk muatan ternak (cattle container)
atau muatan kendaraan (car container)
(Suyono, R.P., 2003:182-185).
8.
Penanganan
Petikemas di CY
Dalam
menangani petikemas di lapangan atau depot, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah : (Suyono, R.P., 2003:194)
a.
Tempat penumpukan harus
keras dan rata.
b.
Cara menumpuk (stacking) :
1)
Petikemas 40 feet tidak boleh ditindih oleh petikemas
20 feet.
2)
Tidak boleh meletakkan
silang antara satu dan lainnya.
3)
Antara sudut petikemas
di atas dan di bawah harus saling beradu.
4)
Peralatan untuk
menangani (handling) petikemas harus
siap.
9.
Bongkar
Muat Petikemas dari Kapal
Dalam
bongkar muat petikemas dari kapal, kita harus mengetahui posisi petikemas yang
akan dibongkar muat. Posisinya antara lain sebagai berikut :
1)
Bay
adalah pembagian kapal secara membujur dari haluan ke buritan dan mulai dari
no. 1 dan seterusnya. Panjang bay
adalah sama dengan panjang petikemas. Bay
dengan nomor ganjil adalah untuk petikemas 20 feet sedangkan untuk nomor genap petikemas 40 feet. Tidak semua baybernomor
genap dapat dipergunakan untuk petikemas40 feet,
hanya nomor genap yang berhimpitan yang dapat dipergunakan untuk 40 feet.
2)
Row
adalah pembagian kapal secara melintang dari tengah kapal kiri dan ke kanan.
Contohnya dari tengah ke kiri row 02,
04, 06 dan seterusnya sedangkan dari tengah ke kanan row 01, 03, 05 dan seterusnya. Untuk center line diberi nomor 00. Row
dapat juga diberi nomor urut dari kiri ke kanan, seperti 01, 02, 03, 04 dan
seterusnya. Lebar row adalah sama
dengan lebar petikemas.
3)
Tier
adalah pembagian nomor susunan petikemas
secara vertical. Untuk pembagian nomor dari
tier dibagi dua bagian, yaitu : petikemas yang dimuat dalam palka diberi
nomor genap mulai dari 02. Misal tier
02, 04, 06 dan seterusnya. Sedangkan petikemas yang dipadatkan di atas dek
kapal diberi nomor genap dengan angka awal 8 ke atas. Misalnya 82, 84, 86, 88
dan seterusnya.
a.
Kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dalam bongkar muat.
Kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dalam bongkar muat pada dasarnya sebagai berikut : (Suyono,
R.P., 2003:219-228).
1)
Stevedoring
adalah jasa bongkar/muat dari atau ke kapal, atau ke dermaga, tongkang, gudang,
truk atau lapangan dengan menggunakan derek kapal atau alat bantu pemuatan
lainnya.
2)
Haulage
adalah gerakan petikemas dari lambung kapal ke CY atau ke CFS dengan
menggunakan Chasis dan Head Truck (trailer) atau kegiatan sebaliknya.
3)
Lift
on / lift off, Lift on, memindahkan atau
menaikan petikemas dari CY ke Truck.
Sedangkan Lift off, menurunkan
petikemas dari truck ke CY.
4)
Stacking
adalah menumpuk petikemas di lapangan penumpukan (CY).
5)
Stripping
adalah mengeluarkan barang dari dalam
petikemas. Alat yang dipakai forklift
atau buruh TKBM.
6)
Stuffing
adalah mengisi atau memasukkan barang atau muatan ke dalam petikemas. Alat yang
dipakai forklift atau buruh TKBM.
7)
Angsur
adalah memindahkan petikemas tetapi masih dalam satu lokasi atau CY tetapi jaraknya tidak terlalu jauh,
alat yang dipakai truck trailer, forklift
dan mobil crane.
8)
Shifting
on Board adalah gerakan pemindahan petikemas dari
satu petak kapal ke petak kapal yang lain dalam satu palka kapal atau ke palka
yang lain.
9)
Shifting
via Landed adalah gerakan pemindahan petikemas
dari satu petak kapal ke dermaga atau lapangan penumpukan dan kemudian
menempatkan kembali ke petak kapal semula.
10)
Receiving
/ Delivery adalah operasi penerimaan /
penyerahan barang muatan merupakan kegiatan menerima atau menyerahkan barang
dari dan ke wilayah pelabuhan.
10.
Dokumen-dokumen
Bongkar Muat
Secara
garis besar, dokumen tersebut dipilah menjadi dua macam, yaitu dokumen pemuatan
dan dokumen pembongkaran barang.
a.
Stevedoring
dan Cargodoring
1)
Manifest
adalah daftar semua barang di atas kapal yang akan dibongkar disatu pelabuhan
(merupakan rekapitulasi B/L untuk satu pelabuhan tujuan).
2)
Stowage
Plane adalah dokumen berupa gambar belahan
kapal yang menunjukkan penempatan barang di atas kapal.
3)
Hatch
Listadalah daftar barang yang dimuat pada
masing-masing palka.
4)
Dangerous
Cargo adalah daftar barang-barang berbahaya
yang dimuat di atas kapal.
5)
Damage
Report adalah daftar barang-barang yang rusak
yang dimuat/dibongkar ke/dari kapal.
6)
Ship
Particular adalah keterangan tentang bagian-bagian
kapal (panjang/lebar kapal, type Derek
dan SWLnya, Dead Weight Ton
masing-masing palka) yang berkaitan dengan kagiatan bongkar / muat.
7)
N O R adalah Notice Of Readines yaitu Nota Kesiapan
bahwa kapal menyatakan siap untuk dimuat / dibongkar.
8)
Tally
Sheet adalah dokumen untuk menghitung jumlah coily yang dimuat / dibongkar (termasuk
catatan rusak kalau ada untuk pertanggung jawaban kepada kapal / gudang).
9)
Time
Sheet adalah dokumen untuk menghitung jumlah
waktu efektif kegiatan bongkar/muat, untuk pertanggungjawaban kepada
owner/pencater.
10)
Labour
Sheet adalah dokumen yang mencatat jumlah
TKBM, jam efektif bekerja, peralatan yang digunakan untuk pertanggungjawaban
kepada kapal.
11)
Daylay
Report adalah laporan hasil bongkar/muat
setiap harinya dibuat atas dasar Tally
Sheet.
12)
Balance
Report adalah laporan tentang sisa barang di
atas kapal yang belum terbongkar (akan dibongkar hari berikutnya) dibuat atas
dasar daylay report.
13)
Damage
Report adalah laporan tentang barang rusak
yang dibongkar/dimuat dari/ke kapal (jika ada), untuk pertanggungjawaban kepada kapal/pelayaran.
14)
Statement
of Fact adalah berisikan semua kejadian
kegiatan bongkar/muat dari awal sampai selesai, umtuk pertanggungjawaban kepada
kapal/pelayaran.
15)
Short/Over
Landed adalah berisikan keterangan tentang
barang lebih/kurang dibongkar/dimuat dari/ke kapal untuk pertanggungjawaban
kepada kapal/pelayaran.
16)
Berita Acara Serah
Terima adalah dibuat setelah pekerjaan pembongkaran, pemuatan, pemasukan, pengeluaran
selesai untuk pertanggungjawaban kepada kapal/ Gudang Lini I.
b.
Receiving
dan Delivery
1)
Shipping
Instruction yaitu dibuat oleh pemilik barang (shipper) kepada pelayaran untuk
mengapalkan barangnya.
2)
Ijin Timbun (1.B) yaitu ijin timbun dari PT. Pelindo kepada
pemilik barang/wakilnya.
3)
Surat Pengantar Truck
adalah surat pengantar dari pemilik barang ke gudang untuk masing-masing yang
mengangkut.
4)
Delivery
Order adalah perintah dari pelayaran kepada
gudang untuk mengeluarkan barang dari gudang.
5)
Tally Sheet.
6)
Berita Acara.
a. Collapsible Container
adalah petikemas yang dapat dilipat.
b. Container Load
adalah petikemas yang diisi penuh sesuai pay
load.
c. Container Part-Load
adalah petikemas yang tidak terisi penuh sesuai pay load, sehingga mungkin dapat diisi barang lain.
d. Corner Casting
adalah besi penguat di ujung sudut petikemas.
e. Corrugated Container
adalah petikemas dengan dinding bergelombang.
f. Data Plane
adalah pelat baja di petikemas yang berisi informasi tentang berat dan tata
serta ukuran luar.
g. Dunnage
adalah bahan untuk mengukuhkan barang dalam petikemas atau untuk menghindari
agar tidak tergesek barang lain.
h. Interface
adalah titik pertamuan antara dua sistem, misal antara jalan dan terminal pelabuhan.
12.
Pemeriksaan
Petikemas (Checking Container)
adalah
dapatdibagikan sebagai berikut: (Suyono, R.P., 2003:196-199).
1.
Sebelum mengisi (stuffing).
a)
Tampak luar (external).
1)
Tidak terdapat lobang /
sobek luar.
2)
Tidak terdapat
kerusakan pada kunci pintu.
3)
Atap / atap terpal open top dalam keadaan baik dan memenuhi
syarat untuk digunakan.
4)
Label bagi petikemas
yang membubuhkannya.
5)
Suhu dari reefer container harus sesuai dengan
kebutuhan barang yang akan dimasukkan di dalamnya.
b)
Tampak di dalam (Internal).
1)
Bersih dari kotoran,
debu, oli dan cairan lainnya.
2)
Kering yaitu bebas dari
keringat dan penyebab basah lainnya.
3)
Pemberantasan hama
untuk menghindari kelambatan oleh pemeriksaan kesehatan pelabuhan.
4)
Terjamin kedar air (Watertight) seal karet pintu, dan
kemungkinan bocor disemua dinding dan lantai.
5)
Intruksi-intruksi yang
mungkin ada pada petikemas.
2.
Sesudah packing (stuffing).
a)
Tekanan pada muatan
jika petikemas mengalami goncangan.
b)
Pemeriksaan pabean
(supaya diatur untuk memudahkan pemeriksaan, contoh-contoh dekat pintu).
c)
Keamanan yaitu supaya
diperiksa pintu apakah sudah terkunci rapi (jangan mengundang pencuri dengan
memasang label yang menjelaskan isi petikemas).
d)
Label bagi
barang-barang berbahaya, supaya dipasang label.
3.
Sebelum Stripping.
a)
Memeriksa kondisi
segel-segel pada petikemas.
b)
Kondisi umum luar
petikemas.
c)
Apakah terdapat label
barang berbahaya.
d)
Pintu kanan lebih dulu
dibuka untuk mencegah jatuhnya barang-barang.
4.
Sesudah Stripping.
a)
Consigneemembersihkan
petikemas untuk pembuatan kembali karena ada term angkutan selanjutnya.
b)
Memeriksa apa ada
kebocoran pada dinding-dinding / lantai petikemas selama pelayaran sehingga
telah menyebabkan basah dan menimbulkan claim pada muatan.
I.
METODOLOGI
Untuk
memperlancar penelitian maka penyusun memerlukan metode yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam penelitian dan subjek-subjek penelitian yang terdiri dari
pihak-pihak terkait yang dapat memberikan informasi.
1.
Data
yang diperoleh
Dari data yang diperoleh dapat dibagikan sebagai
berikut :
a. Gambaran
Umum
b. Sejarah
Pelabuhan
c. Letak
Geografis
d. Fasilitas
e. Data
Perusahaan PT. Mustika Alam
Lestari
f. Visi Misi Perusahaan
g. Struktur
Organisasi
h. Dokumen-dokumen
yang diperlukan
2.
Metode
pengumpulan data
a.
Metode
Observasi
Metode Observasi
adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara
sistematik objek
yang di teliti.
b.
Metode
Interview
Metode
Interview adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara
lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Cholid Narbuko dan H.
Abu Achmadi, 2005:70).
3.
Analisa
Data
Analisa
data menggunakan analisa deskriptif yaitu setelah data yang dikumpulkan telah
diedit, decoded dan telah diikhtisarkan, maka langkah selanjutnya adalah
analisis terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh (Cholid Narbuko dan H. Abu
Achmadi, 2005:153)
J.
SISTEMATIKA
LAPORAN PRAKTEK KERJA
HALAMAN
JUDUL
HALAMAN
PERSETUJUAN
HALAMAN
PENGESAHAN
HALAMAN
MOTTO
HALAMAN
PERSEMBAHAN
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
DAFTAR
TABEL
DAFTAR
GAMBAR
BAB
I : PENDAHULUAN
1. Penegasan
Arti Judul
2. Alasan
Pemilihan Judul
3. Latar
Belakang Masalah
4. Rumusan
Masalah
5. Tujuan
Penyusunan Laporan
6. Manfaat
Penyusunan Laporan
7. Tinjauan
Teoritis
8. Metodologi
BAB
II : GAMBARAN UMUM
1.
Sejarah Singkat PT Mustika Alam Lestari
2.
Tugas dan Fungsi
3.
Tujuan Didirikan
4.
Letak Geografis dan
Topografi
5.
Keadaan Geografis
6.
Kondisi Topografi
7.
Fasilitas-fasilitas
Yang Dimiliki
8.
Potensi Kolam Pelabuhan
9.
Potensi Dermaga
10.
Struktur Organisasi
Perusahaan dan Tata Kerjanya
BAB
III : PEMBAHASAN
BAB
IV : PENUTUP
1.
Kesimpulan
2.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Anton M. Moeliono, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta.
Cholid Narbuko, Drs, dan H. Abu Achmadi,
Drs, 2005, Metodologi Penelitian,
Cetekan Ketujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Herry Gianto, Msc, Drs, dan Arso
Murtopo, Catp, 1990, Pengoperasian
PelabuhanLaut, BPLP Semarang, Semarang.
Marwan Asri, S. W., MBA., Drs, dan John
Suprihanto, 1986, ManajemenPerusahaan
Pendekatan Operasional, Edisi Satu, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Sudjatmiko, F .D .C., Drs, 1985, Pokok-Pokok Pelayaran Niaga, Edisi
Kedua, Akademika Pressindo, Jakarta.
Sutrino Hadi, Drs, MA,
1988, Bimbingan Menulis Skripsi dan
Thesis, Andi Offset, Yogyakarta.
Suyuno R. P., Capt., 2003, Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor
InporMelalui Laut, Edisi Revisi, PPM, Jakarta.
Arsip PT. (Persero) Pelindo III Cabang
Kumai, 2010, Kumai, Kalimantan Tengah.
Kesepakatan
bersama, 2010, Kumai, Kalimantan Tengah.
Peraturan Pemerintah No. 69, Tahun
2001.,Tentang Kepelabuhan, Balai
Pustaka, Jakarta.