Tentu semua pada penasaran kan, mengapa kapal besar itu tidak tenggelam . Padahal kapal tersebut terbuat dari besi, alumunium, kayu, dan lain sebagainya ?
Saya mempunyai teman namanya sukris , dia bertanya kepada saya" kenapa kapal itu tidak tenggelam ya , padahal di dalamnya memuat mobil yang beratnya bisa mencapai ratusan ton ? " (pertanyaan yg sempet membuat saya sedikit kikuk~ dan oke saya jelasin sesuai dengan apa yang saya dapatkan dari dosen dan beberapa sumber buku)
Prinsip dasar terapung atau tenggelamnya sebuah benda adalah perbandingan antara massa jenis benda tersebut dan massa jenis air. Ketika massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis air, maka benda akan tenggelam. Ketika massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis air, maka benda akan terapung.
Pada kenyataannya, batang besi tenggelam di air. Berarti, massa jenis besi lebih besar daripada massa jenis air. Lalu bagaimana Kapal-kapal besar tidak hanya terbuat dari besi saja melainkan dari bahan lainnya seperti alumunium, seng , kayu, dll. bagaimana semua itu bisa tidak tenggelam (?)
Hukum fisika selalu berlaku sama untuk semua warga di alam semesta. Jika kapal memang dapat mengapung diair, maka pastilah massa jenisnya lebih kecil daripada massa jenis air. Hal ini dapat dijelaskan dengan menilik desain tubuh kapal.Kapal bukanlah sebuah benda yang keseluruhannya berisi besi. Ada banyak ruang-ruang di dalam kapal. Ada ruang ABK, ruang palka, ruang nahkoda, ruang makan, ruang mesin, dll. Ruang-ruang ini banyak mengandung udara yang mengisi sela-sela kosongnya. Akibatnya, massa jenis kapal tak lagi murni massa jenis besi, melainkan berupa massa jenis rata-rata antara besi dan udara, dan karena persentase udara di dalamnya lebih banyak, maka massa jenis kapal menjadi cukup kecil untuk mengapung di air. Hal itulah yang menyebabkan kapal dapat mengapung di atas permukaan air laut, faktor lainnya yaitu karna kadar air garam laut. Lalu apa yang harus di perhatikan agar kapal bisa terus mengapung pada saat terisi muatan ?
Yang pertama tentunya kita harus mengetahui berapa kapasitas muatan yang harus di isi pada ruang palka kapal. Hal ini berhubungan dengan stabilitas kapal agar kapal tetap dalam keadaan seimbang. Dan yang kedua harus di perhatikan jika kapal mengalami kebocoran, hal ini mengakibatkan air akan segera masuk dan menggantikan posisi yang tadinya ditempati udara. Akibatnya, massa jenis kapal perlahan-lahan meningkat. Alhasil,pada akhirnya kapal akan tenggelam karena peran massa jenis udara telah hilang. Yang tinggal hanyalah dominansi massa jenis besi yang jauh lebih besar daripada massa jenis air, dan kapal itu pun akan karam.
(Kurang lebihnya seperti itu)~
Jika kalian tidak percaya coba dibuktikan dengan sebuah drum yang terbuat dari besi dan sebuah batang besi diletakkan di atas air , bisa dilihat mana yang akan tenggelam. Tentunya drum yang terbuat dari besi yang bisa mengapung. Hal ini dikarenakan adanya massa udara yang ada di dalam drum. Sedangkan batang besi tidak memiliki hal tersebut.
Dan temen saya sukris pun bertanya balik kepada saya" lalu siapa pembuat kapal pertama kali ?" spontan saja saya jawab "saya belum kenalan sama orangnya dan belum bertemu langsung dengan beliau jadi untuk itu saya belum terlalu paham dan mengerti. Dan teman saya pun menjawabnya "meskipun ane bukan dari orang pelayaran saya akan berusaha menjawabnya yaitu nabi nuh. As"
(Iya siap bener , pertanyaan dan jawaban yg di jawab sendiri super sekali :D ).
Thursday, December 29, 2016
Mengapa kapal besar mengangkut ribuan ton tidak tenggelam ??
Sistem Pengangkutan Petikemas
SISTEM PENGANGKUTAN PADA PETIKEMAS
Penerapan
sistem pengangkutan dengan menggunakan peti kemas memungkinkan
pengapalan door to door service, artinya bahwa pengapalan yang berlangsung
dari pintu gudang eksportir dan berakhir pada pintu gudang importir,
diurus/diselenggarakan oleh satu tangan.
Eksportir
dan importir disatu pihak hanya berhubungan dengan satu perusahaan
pengangkutan saja, tanpa mengingat bahwa barang yang mereka perdagangkan
itu pengangkutanya secara fisik dilaksanakan oleh dua atau lebih
perusahaan pengangkutan. Dalam rangka penyerahan door to door tersebut
masing-masing pengangkutan menggunakan sarana transportasi yang
berbeda-beda seperti truck, kereta api, kapal laut domestik, kapal laut
ocean going, dimana sistem pengangkutan yang menggunakan berbagai macam
sarana angkutan ini lazim disebut Multi Modal Transportation system.
Pengangkutan
yang melibatkan beberapa jenis sarana angkutan tersebut, sudah barang
tentu memerlukan sistem kerjasama yang rapi agar tidak terjadi hambatan
dan kerancuan dalam pelaksanaanya.
Sehubungan dengan itu maka sistem pengangkutan door to door service merupakan suatu sistem pengangkutan terpadu yang menekankan kerapian kerjasama antara jenis sarana angkutan satu dengan lainya. Untuk pengangkutan sambung menyambung yang melibatkan beberapa jenis sarana angkutan tersebut, hanya digunakan satu bill of lading saja yang disebut Combined Transport Bill of Lading yang dikeluarkan oleh ocean carrier.
Sehubungan dengan itu maka sistem pengangkutan door to door service merupakan suatu sistem pengangkutan terpadu yang menekankan kerapian kerjasama antara jenis sarana angkutan satu dengan lainya. Untuk pengangkutan sambung menyambung yang melibatkan beberapa jenis sarana angkutan tersebut, hanya digunakan satu bill of lading saja yang disebut Combined Transport Bill of Lading yang dikeluarkan oleh ocean carrier.
Kondisi Pengapalan PetiKemas
Pengapalan muatan dengan menggunakan peti kemas dapat diselenggarakan dalam beberapa cara dan kondisi sebagai berikut :
Pengapalan muatan dengan menggunakan peti kemas dapat diselenggarakan dalam beberapa cara dan kondisi sebagai berikut :
1. CY to CY (container yard to
container yard)
Dalam kondisi CY to CY ini perjalanan peti kemas bermula dari CY di pelabuhan pemuatan dan berakhir pada CY di pelabuhan tujuanya. Dengan demikian peti kemas yang disiapkan di CY sudah berisi muatan karena sudah dilakukan stuffing di luar pelabuhan, jadi kondisi pengapalanya bisa juga disebut FCL to FCL (full container load to full container load).
2. CFS to CFS (Container freight Station to Container Freight Station)
Dalam kondisi ini maka peti kemas diisi muatan digudang CFS pelabuhan pemuatan, dari mana petikemas langsung dimuat ke kapal dan setibanya di pelabuhan tujuan, setelah dibongkar dari kapal langsung diangsur ke gudang CFS untuk di stripping.
3. CFS to CY (Container Freight Station to Container Yard).
Pada kondisi ini maka muatan di stuffing digudang CFS pelabuhan pemuatan dan setelah tiba dipelabuhan tujuan, langsung ditimbun di dilapangan penumpukan CY yang bersangkutan menunggu dikeluarkan oleh pemilik barang. Kondisi pengapalan ini terjadi bila beberapa shipment break bulk dikapalkan kepada satu consegnee, yang disebut juga LCLto FCL.
4. CY to CFS (Container Yard to Container Freight Station).
Pada kondisi ini peti kemas sudah di staffing di luar pelabuhan dan disiapkan di CY untuk dimuat dan sesampainya dipelabuhan tujuan langsung diangsur ke gudang CFS setempat untuk di stripping. Barang akan diambil oleh consignee masing-masing yang mempunyai Cosolidated Ocean Bill of Lading. Kondisi pengapalan ini terjadi bila seorang shipper mengapalkan beberapa shipment LCL kepada beberapa orang cosignee.
Dalam kondisi CY to CY ini perjalanan peti kemas bermula dari CY di pelabuhan pemuatan dan berakhir pada CY di pelabuhan tujuanya. Dengan demikian peti kemas yang disiapkan di CY sudah berisi muatan karena sudah dilakukan stuffing di luar pelabuhan, jadi kondisi pengapalanya bisa juga disebut FCL to FCL (full container load to full container load).
2. CFS to CFS (Container freight Station to Container Freight Station)
Dalam kondisi ini maka peti kemas diisi muatan digudang CFS pelabuhan pemuatan, dari mana petikemas langsung dimuat ke kapal dan setibanya di pelabuhan tujuan, setelah dibongkar dari kapal langsung diangsur ke gudang CFS untuk di stripping.
3. CFS to CY (Container Freight Station to Container Yard).
Pada kondisi ini maka muatan di stuffing digudang CFS pelabuhan pemuatan dan setelah tiba dipelabuhan tujuan, langsung ditimbun di dilapangan penumpukan CY yang bersangkutan menunggu dikeluarkan oleh pemilik barang. Kondisi pengapalan ini terjadi bila beberapa shipment break bulk dikapalkan kepada satu consegnee, yang disebut juga LCLto FCL.
4. CY to CFS (Container Yard to Container Freight Station).
Pada kondisi ini peti kemas sudah di staffing di luar pelabuhan dan disiapkan di CY untuk dimuat dan sesampainya dipelabuhan tujuan langsung diangsur ke gudang CFS setempat untuk di stripping. Barang akan diambil oleh consignee masing-masing yang mempunyai Cosolidated Ocean Bill of Lading. Kondisi pengapalan ini terjadi bila seorang shipper mengapalkan beberapa shipment LCL kepada beberapa orang cosignee.
PENGAPALAN MUATAN
Dalam pengangkutan dilaut,
proses pengapalan (pengiriman) muatan sudah dimulai sejak Pembukuan muatan
atau booking of cargo baru mengikat pengangkut kalau pembukuan itu
oleh pengangkut telah dinyatakan diterima (accepted), dimana pernyataan
itu dapat dibuktikan pada pendaftaran/pencatatan dokumen Shipping
Instruction oleh pengirim atau ekspediturnya kepada pengangkut atau agenya. Namun
demikian haruslah diingat bahwa SI bukan merupakan suatu dokumen yang mempunyai
kekuatan hukum. SI yang disebut juga Shipping Order (SO) tidak memuat ketentuan-ketentuan tentang hak dan kewajiban pihak-pihak didalam kegiatan pelayaran niaga tersebut. Shipping Instruction hanyalah satu tanda bukti telah dimulainya suatu hubungan hukum dan hubungan itu secara prinsip baru terjadi setelah proses pengapalan dimulai, yaitu setelah pemuatan barang ke kapal atau sejak persiapan-persiapan kearah itu dilakukan.
kekuatan hukum. SI yang disebut juga Shipping Order (SO) tidak memuat ketentuan-ketentuan tentang hak dan kewajiban pihak-pihak didalam kegiatan pelayaran niaga tersebut. Shipping Instruction hanyalah satu tanda bukti telah dimulainya suatu hubungan hukum dan hubungan itu secara prinsip baru terjadi setelah proses pengapalan dimulai, yaitu setelah pemuatan barang ke kapal atau sejak persiapan-persiapan kearah itu dilakukan.
Berbagai Istilah Yang Umum
Dalam Operasional PetiKemas yaitu :
1.Full Container Load (FCL)
Dalam kondisi ini pengisian barang kedalam peti kemas dan menghitung jumlah barangnya dilakukan oleh shipper (eksportir), dan setelah diangkut ke pelabuhan diserahkan kepada pengangkut di Container Yard (CY).
2. Less Than Container Load (LCL)
Stuffing dilakukan oleh pengangkut di CFS, dimana muatanya diterima dari shipper. Pada kondisi ini biasanya muatan terdiri dari berbagai shipper untuk berbagai consignee di pelabuhan tujuan yang sama. Penyerahan barang dipelabuhan tujuan dilakukan di CFS setelah dilakukan stripping.
3. Depo Container
Adalah tempat penumpukan peti kemas kosong, berupa sebuah lapangan penumpukan yang diusahakan oleh seseorang atau badan usaha, dimana ditempat tersebut ditimbun peti kemas kosong dari berbagai pemilik untuk sewaktu-waktu sesuai DO yang
diserahkan peti kemas tersebut diambil untuk digunakan.
4. Equipment Interchange Receipt (EIR)
Merupakan dokumen sebagai hasil survey dan mencatat keterangan mengenai kondisi atau kerusakan pada bagian peti kemas, pada saat penyerahan atau peralihan tanggung jawab. EIR harus ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu yang menyerahkan dan yang menerima.
Dalam kondisi ini pengisian barang kedalam peti kemas dan menghitung jumlah barangnya dilakukan oleh shipper (eksportir), dan setelah diangkut ke pelabuhan diserahkan kepada pengangkut di Container Yard (CY).
2. Less Than Container Load (LCL)
Stuffing dilakukan oleh pengangkut di CFS, dimana muatanya diterima dari shipper. Pada kondisi ini biasanya muatan terdiri dari berbagai shipper untuk berbagai consignee di pelabuhan tujuan yang sama. Penyerahan barang dipelabuhan tujuan dilakukan di CFS setelah dilakukan stripping.
3. Depo Container
Adalah tempat penumpukan peti kemas kosong, berupa sebuah lapangan penumpukan yang diusahakan oleh seseorang atau badan usaha, dimana ditempat tersebut ditimbun peti kemas kosong dari berbagai pemilik untuk sewaktu-waktu sesuai DO yang
diserahkan peti kemas tersebut diambil untuk digunakan.
4. Equipment Interchange Receipt (EIR)
Merupakan dokumen sebagai hasil survey dan mencatat keterangan mengenai kondisi atau kerusakan pada bagian peti kemas, pada saat penyerahan atau peralihan tanggung jawab. EIR harus ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu yang menyerahkan dan yang menerima.
contoh proposal Praktek Darat Bongkar Muat Petikemas
PROPOSAL
PRAKTEK
DARAT
OPERASIONAL
PENANGANAN ARUS BONGKAR MUAT PADA PETIKEMAS EKSPOR DI PT. X
SURABAYA
DISUSUN
OLEH :
NAMA :
ALFIN DWI CAHYANI
NRP :
2141933
JURUSAN :
KETATALAKSANAAN PELAYARAN NIAGA DAN
KEPELABUHAN
‘AKADEMI
KETATALAKSANAAN PELAYARAN NIAGA’
(BAHTERA)
JL.BANTUL
KM 3 DUKUH MJ 1221 YOGYAKARTA KODE POS 55142
TELP/FAX
(0274) 381489, 414515
2016
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTEK DARAT (PRADA)
OPERASIONAL
PENANGANAN ARUS BONGKAR MUAT PADA PETIKEMAS EKSPOR DI PT. X SURABAYA
Diajukan
Oleh :
Nama : Alfin Dwi Cahyani
NRP :
2141933
TTL : Jember, 30 Agustus 1996
Jurusan : Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga Dan Kepelabuhan
Yogyakarta, November 2016
Penyusun
Alfin
Dwi Cahyani
Disetujui Oleh
Dosen
Pembimbing I Dosen
Pembimbing II
(Sumarwanto,SE) (Yuni
Astuti,SE,MM)
Mengetahui
Direktur
AKPN “BAHTERA”
(Evada
Rustina,SE.MM)
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat serta rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dalam kesempatan ini
penyusun dapat menyelesaikan proposal prada dengan baik.
Dalam
penyusunan proposal ini penyusun menyadari bahwa proposal ini belum dapat
dikatakan sempurna, karena masih ada kekurangan dan kesalahan yang sengaja
maupun tidak sengaja. Untuk itu, dengan senang hati penyusun menerima kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi selesainya penyusunan proposal ini.
Penyusunan
proposal ini tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang
sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
proposal ini, diantaranya kepada :
1. Ibu
EVADA RUSTINA,SE.MM selaku Direktur AKPN”BAHTERA” Yogyakarta.
2. Kepada
perusahaan yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk melakukan
praktek darat (PRADA).
3. Bapak
SUMARWANTO,SE
selaku dosen pembimbing I.
4. Ibu
YUNI ASTUTI,SE.MM selaku dosen pembimbing II.
5. Ayah,
ibu, kakak, serta teman taruna/I letting 014 yang telah membantu dan memberikan
semangat serta motivasi dalam penyusunan proposal ini.
Akhirnya
penyusun berharap dengan adanya proposal ini dosen pembimbing dapat mengarahkan
dan menuntun penyusun dalam melaksanakan PRADA, sehingga praktek tersebut dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Yogyakarta,
November 2016
Alfin
Dwi Cahyani
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
A. LATAR
BELAKANG MASALAH..................................................... 1
B. PENEGASAN JUDUL......................................................................... 2
C. RUMUSAN
MASALAH...................................................................... 3
D. TUJUAN................................................................................................ 3
E. MANFAAT............................................................................................ 3
F. LANDASAN TEORI........................................................................... 4
G. METODELOGI PENELITIAN........................................................... 9
H. DEFINISI
OPERASIONAL................................................................ 10
I. WAKTU
DAN TEMPAT PENELITIAN............................................. 10
J. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN AKHIR.......................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 13
LAMPIRAN RENCANA KERJA................................................................... 14
OPERASIONAL
PENANGANAN ARUS BONGKAR MUAT PADA PETIKEMAS EKSPOR DI PT. X SURABAYA
A.
LATAR BELAKANG
Kegiatan praktek darat (PRADA) merupakan
salah satu syarat bagi taruna/I sebelum menempuh ujian tugas akhir (TA), karena
dengan adanya prada yang dilaksanakan selama kurang lebih 3-4 bulan, maka
taruna/I akan memperoleh pengetahuan praktis dilapangan. Sehingga dari hasil
prada tersebut diharapkan akan dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan karya
ilmiah berupa tugas akhir (TA) dengan mengacu pada teori yang pernah diterima
di kampus.
Dengan kata lain bahwa kegiatan PRADA ini sangat
penting untuk membantu Taruna/I untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang
diperoleh di Akademi dengan dunia kerja yang sebenarnya. Disamping itu kegiatan
PRADA ini juga dapat menambah wawasan Taruna/I dalam berpola pikir dan
bertindak dalam memecahkan masalah di lingkungan kerja.
Kami berharap semua Taruna/I dapat melakukan
kegiatan PRADA dengan sungguh-sungguh dan melakukannya dengan baik sesuai dengan
tempat dan bidangnya masing-masing.
Sebagai negara maritim, angkutan laut
merupakan tulang punggung sistem transportasi. Pelabuhan memegang peranan
penting. Salah satu fungsi pelabuhan yaitu sebagai mata rantai transportasi
atau titik temu moda transportasi sebenarnya diperankan oleh terminal. Terminal
merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kapal dan melaksanakan kegiatan
bongkar muat barang ataupun penumpang.
Pelabuhan Tanjung Perak sebagai salah satu pelabuhan
besar yang ada di lingkungan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Surabaya, dimana di dalamnya terdapat
beberapa terminal pelabuhan guna untuk melakukan suatu kegiatan pelayaran.
Seperti halnya dalam proses kegiatan bongkar muat petikemas secara domestic
maupun internasional.
Dalam kegiatan ekspor impor yang menggunakan jasa
angkutan laut, bongkar muat merupakan kegiatan yang sangat penting karena tanpa
adanya kegiatan tersebut barang yang akan diekspor tidak akan sampai ke tujuan.
Kegiatan ekspor impor tidak hanya berupa bahan baku dan barang. Adapun
petikemas yang digunakan untuk mengekspor impor barang, dan produk yang
membutuhkan keamanan khusus, seperti mobil, benda-benda museum, senjata militer
dll.
Hal
tersebut yang membuat kami tertarik untuk mengetahui lebih detail tentang
kegiatan ekspor impor pada arus penanganan kegiatan bongkar muat pada petikemas
dalam kegiatan PRADA. Untuk itu kegiatan PRADA ini, kami selaku taruna/I akan
berusaha untuk mempelajari, meneliti dan memahami sistem arus penanganan muatan
petikemas ekspor impor yang ada diperusahaan pelayaran Surabaya.
B.
PENEGASAN JUDUL
Didalam suatu penanganan arus
bongkar muat pada petikemas perlu diadakannya prosedur yang akurat sesuai
dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh SOP (standar operasional prosedur)
perusahaan.
Maka dari itu, penyusun dalam penyusunan proposal prada
sengaja mengambil judul “OPERASIONAL
PENANGANAN ARUS BONGKAR MUAT PADA PETIKEMAS EKSPOR
DI PT. X SURABAYA” , supaya
penyusun dapat mengetahui secara baik dan benar bagaimana kegiatan bongkar muat
petikemas ekspor yang ada di tempat prada. Sehingga dapat menjadi acuan bagi
pemimpin perusahaan untuk meningkatkan kualitas dalam kegiatan bongkar muat
pada petikemas ekspor di perusahaan yang dipimpinnya.
C.
RUMUSAN MASALAH
Adapun beberapa permasalahan yang akan
dibahas didalam melakukan penelitian tersebut, yaitu :
1.
Bagaimana prosedur dan proses dalam menangani arus
bongkar muat pada petikemas ekspor yang telah ditetapkan dengan standar
operasional yang ada di perusahaan pelayaran Surabaya ?
2.
Dokumen dan peralatan
apa saja yang digunakan pada saat proses kegiatan bongkar muat pada petikemas ?
3.
Faktor apa saja yang
menjadi penghambat pada penanganan arus bongkar muat petikemas dan bagaimana
cara penyelesaiannya ?
D.
TUJUAN
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan
selama PRADA yaitu :
1. Untuk
mengetahui proses kegiatan bongkar muat pada petikemas ekspor yang mengacu pada
standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kecepatan proses
bongkar muat petikemas.
3. Untuk
mengetahui peralatan apa yang digunakan serta dokumen-dokumen yang berkaitan
dalam arus bongkar muat.
E.
MANFAAT
1. Bagi
Penyusun :
a. Dapat
mengetahui dan memahami tentang operasional penanganan muatan petikemas serta
kegiatan yang dilakukan selama kegiatan bongkar muat.
b. Dengan
penyusunan tugas akhir yang telah dibuat ini dapat mengetahui cara kerja yang
diterapkanPBM dalam penanganan muatan.
2. Bagi
Perusahaan :
a. Sebagai
data tertulis mengenai kegiatan di perusahaan, yang dapat menjadi bahan
informasi yang bermanfaat bagi perusahaan.
b. Memperoleh
masukan bagi kemajuan yang baik bagi perusahaan dan dapat menjalin hubungan
yang baik dengan pihak akademi khususnya AKPN”BAHTERA”Yogyakarta.
3. Bagi
Pembaca :
Diharapkan hasil yang diperoleh penyusun
selama melakukan PRADA ini dapat bermanfaat, khususnya bagi yang ingin
mengetahui tentang operasional penanganan arus bongkar muat pada petikemas.
F.
LANDASAN TEORI
1. PENGERTIAN
BONGKAR MUAT
Bongkar Muat adalah suatu usaha
memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat (disini yang dimaksud adalah
kapal} ke tempat lain atau sebaliknya.
Proses bongkar muat petikemas meliputi :
a. Penetapan
Open Stack
Penetapan
alokasi lapangan (yard allocation) petikemas untuk muat dengan ketentuan
penerapan open stack adalah 5 (lima) hari sebelum ETA, berdasarkan estimate
time arrival pada monthly ship berth plan.
b. Proses
Penerimaan Petikemas (Receiving)
Receiving
adalah proses penerimaan petikemas dari luar pelabuhan ke dalam pelabuhan guna
untuk di timbun di lapangan penumpukan ataupun akan dimuat secara langsung ke
atas kapal.
c. Proses
Penumpukan Petikemas Di CY (Stack)
CY
(container yard) atau yang biasa
disebut lapangan penumpukan adalah suatu tempat untuk menimbun dan meletakkan
petikemas di lapangan penumpukan secara teratur.
Stack
adalah proses pemindahan petikemas dari chasis trailer ke lapangan penumpukan
(CY) berdasarkan Slot,Row,Tiernya dan Berat, sedang, ringannya suatu petikemas.
d. Dari
CY Ke Dermaga (Haulage)
Haulage
adalah kegiatan pemindahan petikemas dari lapangan penumpukan (CY) ke dermaga
ataupun sebaliknya, dari dermaga ke lapangan penumpukan.
Pada
saat akan melakukan kegiatan muat pada kapal pihak pelayaran mencetak Loading
list serta membuat Bay Plan yang fungsinya untuk mengetahui tata letak
petikemas (muatan) yang akan diletakkan di dalam palka kapal.
e. Dermaga
Ke Atas Kapal (Stevedoring)
Stevedoring
adalah kegiatan pemindahan petikemas dari dermaga keatas kapal ataupun
sebaliknya , dari kapal ke dermaga. Pada saat proses petikemas akan dimuat pada
palka kapal, petikemas harus sudah ada di dermaga.
Gunanya
agar mempercepat proses saat muat agar tidak terjadi keterlambatan waktu.
Begitu juga dengan proses bongkar. Pada proses bongkar armada trailer sudah
berada di dermaga guna untuk pengankutan petikemas yang akan dibawa keluar
pelabuhan.
f. Dari
Kapal Keluar Pelabuhan (Delivery)
Proses
dari kegiatan bongkar petikemas yang secara langsung pergi meninggalkan dermaga
keluar pelabuhan atau biasa disebut dengan truck loosing (TL).
2. JENIS-JENIS
MUATAN PETIKEMAS
Setiap muatan memiliki sifat yang
berbeda-beda, dalam hal pemuatan pun harus diletakkan di tempat yang berbeda
untuk menghindari bahaya atau mencegah kerugian. Oleh karena itu diperlukan
pengetahuan untuk membedakan muatan secara umum, adalah sebagai berikut :
a. Muatan
kering
b. Muatan
basah
c. Muatan
bersih
d. Muatan
kotor
e. Muatan
berbau
f. Muatan
berbahaya
g. Muatan
yang didinginkan atau dibekukan.
3. JENIS
PETIKEMAS
a.
Dry
Container
Petikemas
yang paling umum digunakan untuk pengiriman muatan kering.
b.
Refrigerated
Container
Petikemas
ini digunakan untuk mengangkut muatan yang memerlukan penanganan suhu tertentu
/ diatas atau dibawah titik beku.Barang-barang dibagi menjadi barang dingin dan
barang beku, tergantung pada suhu yang diinginkan.Umumnya meliputi produk
buah-buahan, sayuran, daging.
c.
Tanks
Container
Petikemas
tangki digunakan untuk mengangkut muatan cair, seperti : bahan pangan, jus
buah, minyak , pada bahan kimia seperti : bahan bakar, zat beracun dll.
4. ALAT
YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan dalam proses bongkar
muat pada petikemas yaitu :
a. RTG
(Rubber Tyred Gantry) adalah alat
bongkar muat pada petikemas yang dapat bergerak dalam lapangan penumpukan (CY)
yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan petikemas dari dan ke atas
trailer, sebaliknya dalam area stack /
penumpukan sesuai dengan Block, Slot, Row, Tirnya.
b. FL
(Forklift) adalah alat yang dapat
bergerak dan memiliki garpu / ataupun general cargo dalam suatu tempat yang
memiliki kapasitas fork yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
petikemas mengangkat cargo SWL (Safety
Weight Load) sampai 32 Ton.
c. RS
(Reach Stacker) adalah alat yang
dapat bergerak yang memiliki spreader digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
petikemas di dalam lapangan penumpukan (CY).
d. HMC
(Harbour Mobile Crane) adalah alat
bongkar muat di pelabuhan atau crane yang dapat berpindah-pindah tempat serta
memiliki sifat yang flexible sehingga bisa digunakan untuk bongkar muat petikemas
ataupun barang-barang curah (general cargo) dengan kapasitas angkat SWL (Safety
Weight Load) sampai dengan 100 Ton.
e. CC
(Container Crane) adalah alat bongkar
muat petikemas yang dipasang permanen dipinggir dermaga dengan menggunakan rel
sehingga dapat bergeser, yang berfungsi untuk bongkar muat petikemas dengan
jangkauan / Row yang cukup jauh.
5. INSTANSI
YANG TERKAIT
Instansi yang terkait dalam kegiatan
bongkar muat barang di pelabuhan antara lain :
a. Administrasi
Pelabuhan (Adpel)
Yaitu
berhubungan dengan permohonan dan perizinan melaksanakan kegiatan bongkar muat.
b. PT.(Persero)
Pelabuhan Indonesia (PELINDO)
Yaitu
berhubungan dengan permohonan dan perizinan serta pemakaian alat-alat yang
nantinya akan digunakan dalam kegiatan bongkar muat dan barang dari dan ke
kapal serta permohonan penggunaan jasa deermaga atau lapangan penumpukan.
c. Kopersai
Tenaga Kerja Muat (TKBM)
Yaitu
suatu wadah perkumpulan yang menjadi penyedia tenaga kerja bongkar dan muat
barang di pelabuhan.
d. Ekspedisi
Muatan Kapal Laut (EMKL)
Dalam pihak EMKL
bertindak sebagai wakil penerima barang dari kapal dan sebagai penyelenggara
pengangkutan barang dari dermaga ke lapangan penumpukan maupun keluar
pelabuhan.
e. Direktorat
Jendral Bea Dan Cukai
Berhubungan
dengan bea masuk apabila barang yang akan atau di bongkar tersebut muatan luar
negeri.
f. Agen
Kapal Yang Bersangkutan
Merupakan
wakil atau pemilik barang yang bertindak sebagai pengangkut.
g. Syahbandar
Bertugas
melakukan pemeriksaan surat-surat kapal agar kapal dapat keluar masuk pelabuhan
serta penegak hukum dan ketertiban Bandar pengawasan keselamatan kapal.
h. Imigrasi
Bertugas
mencegah penyelundupan serta mengawasi penumpang asing yang hendak keluar atau
masuk daerah hukum Indonesia.
i.
Karantina
Yang
bertugas agar tidak terjadi wabah penyakit yang masuk ke daerah tersebut.
Karena untuk mencegah terjadinya wabah penyakit lainnya yang pada akhirnya bisa
menimbulkan kerugian besar sehingga kapal yang tiba di pelabuhan yang terkait
(dari luar negeri) wajib dikarantinakan.
G.
METODOLOGI PENELITIAN
1.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam
melakukan metodelogi penelitian dengan menggunakan :
a. Survey
Dengan
mengadakan penelitian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan magang tersebut,
seperti: survey langsung di lapangan berkaitan dengan bongkar muat terhadap
karyawan ataupun TKBM yang ada dilapangan..
b. Studi
Pustaka
pengumpulan
data dengan cara mengambil referensi dari buku-buku yang dapat di pergunakan
sebagai pedoman dalam penulisan proposal.
2. TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini penulis ini
menggunakan dua jenis data yang digunakan diantaranya :
a. Penelitian
lapangan
1) Wawancara
yaitu usaha untuk memperoleh data dengan mengajukan beberap pertanyaan kepada
responden dalam hal ini adalah karyawan yang terlibat langsung dalam kinerja
operasional pelayanan bongkar muat.
2) Observasi
yaitu pengamatan secara langsung terutama pengamatan tentang proses bongkar
muat.
3) Metode
Dokumentasi
Cara memperoleh
data dengan cara mengambil, melihat, dan mempelajari data-data yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
b. Penelitian
kepustakaan
Memperoleh
data-data melalui studi kepustakaan yaitu berupa jurnal, buku acuan dan media
cetak lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3. DATA
YANG DIBUTUHKAN
Untuk mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode
penelitian sebagai berikut :
a. Data
Primer
Data
primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung pada
karyawan dan dokumentasi di perusahaan pelayaran Surabaya.
b. Data
Sekunder
Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari divisi operasional dan dokumentasi
berupa data bulanan dan dokumen yang berisikan kinerja pelayanan kapal tentang
kinerja bongkar muat petikemas,serta bentuk-bentuk data pendukung lainnya
c. Data
Umum Perusahaan
Data ini diambil dari sejarah singkat
berdirinya perusahaan dan fasilitas yang ada pada perusahaan
d. Data
Khusus Perusahaan
Data khusus meliputi daftar sumber daya
manusia di perusahaan, daftar operasional perusahaan, serta dokumen yang
berkaitan.
H.
DEFINISI OPERASIONAL
Operasional
penanganan arus bongkar muat pada petikemas adalah suatu kegiatan yang
menangani bagaimana cara kerja bongkar muat barang (petikemas) dari kapal ke
lapangan penumpukan (gudang lini 1) atau dari lapangan penumpukan (gudang lini
1) ke kapal beserta dokumen yang di
gunakan dan Instansi yang terkait. Serta prosedur dan tatacara dalam
mengendalikan muatan yang baik dan benar sesuai dengan ketetapan standar
operasional yang ada di perusahaan.
I.
WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Dalam melaksanakan PRADA ( praktek darat ) penyusun
mengambil lokasi pada pelabuhan khususnya petikemas di Surabaya.
Sedangkan
lama waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data dan penyusunan sehubungan
laporan lapangan selama PRADA ( praktek darat ) adalah selama 3-4 bulan sesuaikan dengan waktu yang ditentukan oleh
pihak terkait.
J.
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN AKHIR
Guna mempermudah pemahaman dan
memberikan gambaran rencana penyusunan tugas akhir, yang akan disusun setelah menyelesaikan
praktek darat ini. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut :
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
B.
Penegasan Judul
C.
Batasan Masalah
D.
Tujuan Penelitian
E.
Manfaat Penelitian
F.
Landasan Teori
G.
Metodologi
Penelitian
H.
Waktu Dan Tempat
Penelitian
I.
Sistematika Penulisan
Laporan
BAB
II LANDASAN TEORI
A.
Pengertian dan
Faktor Yang Mempengaruhi
B.
Pembagian Jenis
Muatan
C.
Kegiatan Bongkar
Muat Petikemas
D.
Alat-Alat Yang
Digunakan
E.
Instansi Yang
Terkait
BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
A.
Sejarah Singkat
Berdirinya Perusahaan
B.
Struktur Organisasi
Perusahaan
C.
Tugas Dan Fungsi
Perusahaan
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Gurning,
Raja Oloan Saut dan Budiyanto,Eko Hariyadi.2007, Manajemen Bisnis Pelabuhan.
PT. Andhika Prasetya Ekawahana : Surabaya.
http://www.marineinsight.com/sports-luxury/equipment/16-types-of-container-units-and-design-for-shipping-cargo/
diakses 15 November 2016
LAMPIRAN
RENCANA
KERJA
No
|
TAHAP
|
KEGIATAN
|
LAMA
|
KETERANGAN
|
1.
|
Persiapan
|
-
Penyelesaian proposal
-
Konsultasi bimbingan
-
Pengurusan ijin dan
rekomendasi
|
1 bulan
|
|
2.
|
Pelaksanaan
|
-
Pelaksanaan PRADA
-
Pengumpulan data
|
3-4 bulan
|
|
n3.
|
Penyusunan
Laporan
|
-
Konsultasi bimbingan
-
Pengolahan data
-
Penulisan
|
1 bulan
|
|
4.
|
Penyelesaian
|
-
Pelaksanaan ujian
laporan
-
Revisi
-
Penggandaan
|
1 bulan
|
Subscribe to:
Posts (Atom)