Thursday, December 29, 2016

Mengapa kapal besar mengangkut ribuan ton tidak tenggelam ??

Tentu semua pada penasaran kan, mengapa kapal besar itu tidak tenggelam . Padahal kapal tersebut terbuat dari besi, alumunium, kayu, dan lain sebagainya ?
Saya mempunyai teman namanya sukris , dia bertanya kepada saya" kenapa kapal itu tidak tenggelam ya , padahal di dalamnya memuat mobil yang beratnya bisa mencapai ratusan ton  ? " (pertanyaan yg sempet membuat saya sedikit kikuk~ dan oke saya jelasin sesuai dengan apa yang saya dapatkan dari dosen dan beberapa sumber buku)
Prinsip dasar terapung atau tenggelamnya sebuah benda adalah perbandingan antara massa jenis benda tersebut dan massa jenis air. Ketika massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis air, maka benda akan tenggelam. Ketika massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis air, maka benda akan terapung.
Pada kenyataannya, batang besi tenggelam di air. Berarti, massa jenis besi lebih besar daripada massa jenis air. Lalu bagaimana Kapal-kapal besar tidak hanya terbuat dari besi saja melainkan dari bahan lainnya seperti alumunium, seng , kayu, dll. bagaimana semua itu bisa tidak tenggelam (?)
Hukum fisika selalu berlaku sama untuk semua warga di alam semesta. Jika kapal memang dapat mengapung diair, maka pastilah massa jenisnya lebih kecil daripada massa jenis air. Hal ini dapat dijelaskan dengan menilik desain tubuh kapal.Kapal bukanlah sebuah benda yang keseluruhannya berisi besi. Ada banyak ruang-ruang di dalam kapal. Ada ruang ABK, ruang palka, ruang nahkoda, ruang makan, ruang mesin, dll. Ruang-ruang ini banyak mengandung udara yang mengisi sela-sela kosongnya. Akibatnya, massa jenis kapal tak lagi murni massa jenis besi, melainkan berupa massa jenis rata-rata antara besi dan udara, dan karena persentase udara di dalamnya lebih banyak, maka massa jenis kapal menjadi cukup kecil untuk mengapung di air. Hal itulah yang menyebabkan kapal dapat mengapung di atas permukaan air laut, faktor lainnya yaitu karna kadar air garam laut. Lalu apa yang harus di perhatikan agar kapal bisa terus mengapung pada saat terisi muatan ?
Yang pertama tentunya kita harus mengetahui berapa kapasitas muatan yang harus di isi pada ruang palka kapal. Hal ini berhubungan dengan stabilitas kapal agar kapal tetap dalam keadaan seimbang. Dan yang kedua harus di perhatikan jika kapal mengalami kebocoran, hal ini mengakibatkan air akan segera masuk dan menggantikan posisi yang tadinya ditempati udara. Akibatnya, massa jenis kapal perlahan-lahan meningkat. Alhasil,pada akhirnya kapal akan tenggelam karena peran massa jenis udara telah hilang. Yang tinggal hanyalah dominansi massa jenis besi yang jauh lebih besar daripada massa jenis air, dan kapal itu pun akan karam.
(Kurang lebihnya seperti itu)~
Jika kalian tidak percaya coba dibuktikan dengan sebuah drum yang terbuat dari besi dan sebuah batang besi diletakkan di atas air , bisa dilihat mana yang akan tenggelam. Tentunya drum yang terbuat dari besi yang bisa mengapung. Hal ini dikarenakan adanya massa udara yang ada di dalam drum. Sedangkan batang besi tidak memiliki hal tersebut.

Dan temen saya sukris pun bertanya balik kepada saya" lalu siapa pembuat kapal pertama kali ?" spontan saja saya jawab "saya belum kenalan sama orangnya dan belum bertemu langsung dengan beliau jadi untuk itu saya belum terlalu paham dan mengerti. Dan teman saya pun menjawabnya "meskipun ane bukan dari orang pelayaran saya akan berusaha menjawabnya yaitu nabi nuh. As"
(Iya siap bener , pertanyaan dan jawaban yg di jawab sendiri super sekali :D ).

Sistem Pengangkutan Petikemas



   

SISTEM PENGANGKUTAN PADA PETIKEMAS


            Penerapan sistem pengangkutan dengan menggunakan peti kemas memungkinkan pengapalan door to door service, artinya bahwa pengapalan yang berlangsung dari pintu gudang eksportir dan berakhir pada pintu gudang importir, diurus/diselenggarakan oleh satu tangan.
            Eksportir dan importir disatu pihak hanya berhubungan dengan satu perusahaan pengangkutan saja, tanpa mengingat bahwa barang yang mereka perdagangkan itu pengangkutanya secara fisik dilaksanakan oleh dua atau lebih perusahaan pengangkutan. Dalam rangka penyerahan door to door tersebut masing-masing pengangkutan menggunakan sarana transportasi yang berbeda-beda seperti truck, kereta api, kapal laut domestik, kapal laut ocean going, dimana sistem pengangkutan yang menggunakan berbagai macam sarana angkutan ini lazim disebut Multi Modal Transportation system. 
            Pengangkutan yang melibatkan beberapa jenis sarana angkutan tersebut, sudah barang tentu memerlukan sistem kerjasama yang rapi agar tidak terjadi hambatan dan kerancuan dalam pelaksanaanya.
Sehubungan dengan itu maka sistem pengangkutan door to door service merupakan suatu sistem pengangkutan terpadu yang menekankan kerapian kerjasama antara jenis sarana angkutan satu dengan lainya. Untuk pengangkutan sambung menyambung yang melibatkan beberapa jenis sarana angkutan tersebut, hanya digunakan satu bill of lading saja yang disebut Combined Transport Bill of Lading yang dikeluarkan oleh ocean carrier.


Kondisi Pengapalan PetiKemas
Pengapalan muatan dengan menggunakan peti kemas dapat diselenggarakan dalam beberapa cara dan kondisi sebagai berikut :
1. CY to CY (container yard to container yard)
Dalam kondisi CY to CY ini perjalanan peti kemas bermula dari CY di pelabuhan pemuatan dan berakhir pada CY di pelabuhan tujuanya. Dengan demikian peti kemas yang disiapkan di CY sudah berisi muatan karena sudah dilakukan stuffing di luar pelabuhan, jadi kondisi pengapalanya bisa juga disebut FCL to FCL (full container load to full container load).
2. CFS to CFS (Container freight Station to Container Freight Station)
Dalam kondisi ini maka peti kemas diisi muatan digudang CFS pelabuhan pemuatan, dari mana petikemas langsung dimuat ke kapal dan setibanya di pelabuhan tujuan, setelah dibongkar dari kapal langsung diangsur ke gudang CFS untuk di stripping.
3. CFS to CY (Container Freight Station to Container Yard).
Pada kondisi ini maka muatan di stuffing digudang CFS pelabuhan pemuatan dan setelah tiba dipelabuhan tujuan, langsung ditimbun di dilapangan penumpukan CY yang bersangkutan menunggu dikeluarkan oleh pemilik barang. Kondisi pengapalan ini terjadi bila beberapa shipment break bulk dikapalkan kepada satu consegnee, yang disebut juga LCLto FCL.
4. CY to CFS (Container Yard to Container Freight Station).
Pada kondisi ini peti kemas sudah di staffing di luar pelabuhan dan disiapkan di CY untuk dimuat dan sesampainya dipelabuhan tujuan langsung diangsur ke gudang CFS setempat untuk di stripping. Barang akan diambil oleh consignee masing-masing yang mempunyai Cosolidated Ocean Bill of Lading. Kondisi pengapalan ini terjadi bila seorang shipper mengapalkan beberapa shipment LCL kepada beberapa orang cosignee.


 PENGAPALAN MUATAN

Dalam pengangkutan dilaut, proses pengapalan (pengiriman) muatan sudah dimulai sejak Pembukuan muatan atau booking of cargo baru mengikat pengangkut kalau pembukuan itu oleh pengangkut telah dinyatakan diterima (accepted), dimana pernyataan itu dapat dibuktikan pada pendaftaran/pencatatan dokumen Shipping Instruction oleh pengirim atau ekspediturnya kepada pengangkut atau agenya. Namun demikian haruslah diingat bahwa SI bukan merupakan suatu dokumen yang mempunyai
kekuatan hukum. SI yang disebut juga Shipping Order (SO) tidak memuat ketentuan-ketentuan tentang hak dan kewajiban pihak-pihak didalam kegiatan pelayaran niaga tersebut. Shipping Instruction hanyalah satu tanda bukti telah dimulainya suatu hubungan hukum dan hubungan itu secara prinsip baru terjadi setelah proses pengapalan dimulai, yaitu setelah pemuatan barang ke kapal atau sejak persiapan-persiapan kearah itu dilakukan. 
Berbagai Istilah Yang Umum Dalam Operasional PetiKemas yaitu :
1.Full Container Load (FCL)
Dalam kondisi ini pengisian barang kedalam peti kemas dan menghitung jumlah barangnya dilakukan oleh shipper (eksportir), dan setelah diangkut ke pelabuhan diserahkan kepada pengangkut di Container Yard (CY).
2. Less Than Container Load (LCL)
Stuffing dilakukan oleh pengangkut di CFS, dimana muatanya diterima dari shipper. Pada kondisi ini biasanya muatan terdiri dari berbagai shipper untuk berbagai consignee di pelabuhan tujuan yang sama. Penyerahan barang dipelabuhan tujuan dilakukan di CFS setelah dilakukan stripping.
3. Depo Container
Adalah tempat penumpukan peti kemas kosong, berupa sebuah lapangan penumpukan yang diusahakan oleh seseorang atau badan usaha, dimana ditempat tersebut ditimbun peti kemas kosong dari berbagai pemilik untuk sewaktu-waktu sesuai DO yang
diserahkan peti kemas tersebut diambil untuk digunakan.
4. Equipment Interchange Receipt (EIR)
Merupakan dokumen sebagai hasil survey dan mencatat keterangan mengenai kondisi atau kerusakan pada bagian peti kemas, pada saat penyerahan atau peralihan tanggung jawab. EIR harus ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu yang menyerahkan dan yang menerima.

contoh proposal Praktek Darat Bongkar Muat Petikemas



PROPOSAL
PRAKTEK DARAT
OPERASIONAL PENANGANAN ARUS BONGKAR MUAT PADA PETIKEMAS EKSPOR DI PT. X
SURABAYA

DISUSUN OLEH :
NAMA            : ALFIN DWI CAHYANI
NRP                : 2141933
JURUSAN      : KETATALAKSANAAN PELAYARAN NIAGA DAN
KEPELABUHAN

‘AKADEMI KETATALAKSANAAN PELAYARAN NIAGA’
(BAHTERA)
JL.BANTUL KM 3 DUKUH MJ 1221 YOGYAKARTA KODE POS 55142
TELP/FAX (0274) 381489, 414515
2016
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTEK DARAT (PRADA)
OPERASIONAL PENANGANAN ARUS BONGKAR MUAT PADA PETIKEMAS EKSPOR DI PT. X SURABAYA
Diajukan Oleh :
           
Nama               : Alfin Dwi Cahyani
NRP                : 2141933
TTL                 : Jember, 30 Agustus 1996
Jurusan            : Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga Dan Kepelabuhan
Yogyakarta,  November 2016
Penyusun

Alfin Dwi Cahyani
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing I                                                  Dosen Pembimbing II

(Sumarwanto,SE)                                                        (Yuni Astuti,SE,MM)
                                                Mengetahui
                                    Direktur AKPN “BAHTERA”
                                                                            
                                    (Evada Rustina,SE.MM)

KATA PENGANTAR
            Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat serta rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dalam kesempatan ini penyusun dapat menyelesaikan proposal prada dengan baik.
            Dalam penyusunan proposal ini penyusun menyadari bahwa proposal ini belum dapat dikatakan sempurna, karena masih ada kekurangan dan kesalahan yang sengaja maupun tidak sengaja. Untuk itu, dengan senang hati penyusun menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi selesainya penyusunan proposal ini.
            Penyusunan proposal ini tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini, diantaranya kepada :
1.      Ibu EVADA RUSTINA,SE.MM selaku Direktur AKPN”BAHTERA” Yogyakarta.
2.      Kepada perusahaan yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk melakukan praktek darat (PRADA).
3.      Bapak SUMARWANTO,SE selaku dosen pembimbing I.
4.      Ibu YUNI ASTUTI,SE.MM selaku dosen pembimbing II.
5.      Ayah, ibu, kakak, serta teman taruna/I letting 014 yang telah membantu dan memberikan semangat serta motivasi dalam penyusunan proposal ini.
            Akhirnya penyusun berharap dengan adanya proposal ini dosen pembimbing dapat mengarahkan dan menuntun penyusun dalam melaksanakan PRADA, sehingga praktek tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Yogyakarta, November 2016

Alfin Dwi Cahyani

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
A.    LATAR BELAKANG MASALAH..................................................... 1
B.     PENEGASAN JUDUL......................................................................... 2
C.     RUMUSAN MASALAH...................................................................... 3
D.    TUJUAN................................................................................................ 3
E.     MANFAAT............................................................................................ 3
F.       LANDASAN TEORI........................................................................... 4
G.     METODELOGI PENELITIAN........................................................... 9
H.    DEFINISI OPERASIONAL................................................................ 10
I.       WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN............................................. 10
J.       SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN AKHIR.......................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 13
LAMPIRAN RENCANA KERJA................................................................... 14









OPERASIONAL PENANGANAN ARUS BONGKAR MUAT PADA PETIKEMAS EKSPOR DI PT. X SURABAYA

A.      LATAR BELAKANG

Kegiatan praktek darat (PRADA) merupakan salah satu syarat bagi taruna/I sebelum menempuh ujian tugas akhir (TA), karena dengan adanya prada yang dilaksanakan selama kurang lebih 3-4 bulan, maka taruna/I akan memperoleh pengetahuan praktis dilapangan. Sehingga dari hasil prada tersebut diharapkan akan dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan karya ilmiah berupa tugas akhir (TA) dengan mengacu pada teori yang pernah diterima di kampus.
Dengan kata lain bahwa kegiatan PRADA ini sangat penting untuk membantu Taruna/I untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di Akademi dengan dunia kerja yang sebenarnya. Disamping itu kegiatan PRADA ini juga dapat menambah wawasan Taruna/I dalam berpola pikir dan bertindak dalam memecahkan masalah di lingkungan kerja.
Kami berharap semua Taruna/I dapat melakukan kegiatan PRADA dengan sungguh-sungguh dan melakukannya dengan baik sesuai dengan tempat dan bidangnya masing-masing.
Sebagai negara maritim, angkutan laut merupakan tulang punggung sistem transportasi. Pelabuhan memegang peranan penting. Salah satu fungsi pelabuhan yaitu sebagai mata rantai transportasi atau titik temu moda transportasi sebenarnya diperankan oleh terminal. Terminal merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kapal dan melaksanakan kegiatan bongkar muat barang ataupun penumpang.
Pelabuhan Tanjung Perak sebagai salah satu pelabuhan besar yang ada di lingkungan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)  Surabaya, dimana di dalamnya terdapat beberapa terminal pelabuhan guna untuk melakukan suatu kegiatan pelayaran. Seperti halnya dalam proses kegiatan bongkar muat petikemas secara domestic maupun internasional.
Dalam kegiatan ekspor impor yang menggunakan jasa angkutan laut, bongkar muat merupakan kegiatan yang sangat penting karena tanpa adanya kegiatan tersebut barang yang akan diekspor tidak akan sampai ke tujuan. Kegiatan ekspor impor tidak hanya berupa bahan baku dan barang. Adapun petikemas yang digunakan untuk mengekspor impor barang, dan produk yang membutuhkan keamanan khusus, seperti mobil, benda-benda museum, senjata militer dll.
Hal tersebut yang membuat kami tertarik untuk mengetahui lebih detail tentang kegiatan ekspor impor pada arus penanganan kegiatan bongkar muat pada petikemas dalam kegiatan PRADA. Untuk itu kegiatan PRADA ini, kami selaku taruna/I akan berusaha untuk mempelajari, meneliti dan memahami sistem arus penanganan muatan petikemas ekspor impor yang ada diperusahaan pelayaran Surabaya.

B.     PENEGASAN JUDUL
Didalam suatu penanganan arus bongkar muat pada petikemas perlu diadakannya prosedur yang akurat sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh SOP (standar operasional prosedur) perusahaan.
Maka dari itu,  penyusun dalam penyusunan proposal prada sengaja mengambil judul “OPERASIONAL PENANGANAN ARUS BONGKAR MUAT PADA PETIKEMAS EKSPOR  DI PT. X SURABAYA” , supaya penyusun dapat mengetahui secara baik dan benar bagaimana kegiatan bongkar muat petikemas ekspor yang ada di tempat prada. Sehingga dapat menjadi acuan bagi pemimpin perusahaan untuk meningkatkan kualitas dalam kegiatan bongkar muat pada petikemas ekspor  di perusahaan  yang dipimpinnya.

C.    RUMUSAN MASALAH

Adapun beberapa permasalahan yang akan dibahas didalam melakukan penelitian tersebut, yaitu :
1.      Bagaimana prosedur dan proses dalam menangani arus bongkar muat pada petikemas ekspor yang telah ditetapkan dengan standar operasional yang ada di perusahaan pelayaran Surabaya ?
2.      Dokumen dan peralatan apa saja yang digunakan pada saat proses kegiatan bongkar muat pada petikemas ?
3.      Faktor apa saja yang menjadi penghambat pada penanganan arus bongkar muat petikemas dan bagaimana cara penyelesaiannya ?

D.    TUJUAN

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan selama PRADA yaitu :
1.      Untuk mengetahui proses kegiatan bongkar muat pada petikemas ekspor yang mengacu pada standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kecepatan proses bongkar muat petikemas.
3.      Untuk mengetahui peralatan apa yang digunakan serta dokumen-dokumen yang berkaitan dalam arus bongkar muat.

E.     MANFAAT

1.      Bagi Penyusun :
a.       Dapat mengetahui dan memahami tentang operasional penanganan muatan petikemas serta kegiatan yang dilakukan selama kegiatan bongkar muat.
b.      Dengan penyusunan tugas akhir yang telah dibuat ini dapat mengetahui cara kerja yang diterapkanPBM dalam penanganan muatan.

2.      Bagi Perusahaan :
a.       Sebagai data tertulis mengenai kegiatan di perusahaan, yang dapat menjadi bahan informasi yang bermanfaat bagi perusahaan.
b.      Memperoleh masukan bagi kemajuan yang baik bagi perusahaan dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan pihak akademi khususnya AKPN”BAHTERA”Yogyakarta.

3.      Bagi Pembaca :
Diharapkan hasil yang diperoleh penyusun selama melakukan PRADA ini dapat bermanfaat, khususnya bagi yang ingin mengetahui tentang operasional penanganan arus bongkar muat pada petikemas.

F.     LANDASAN TEORI

1.      PENGERTIAN BONGKAR MUAT

Bongkar Muat adalah suatu usaha memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat (disini yang dimaksud adalah kapal} ke tempat lain atau sebaliknya.
Proses bongkar muat petikemas meliputi :
a.       Penetapan Open Stack
Penetapan alokasi lapangan (yard allocation) petikemas untuk muat dengan ketentuan penerapan open stack adalah 5 (lima) hari sebelum ETA, berdasarkan estimate time arrival pada monthly ship berth plan.
b.      Proses Penerimaan Petikemas (Receiving)
Receiving adalah proses penerimaan petikemas dari luar pelabuhan ke dalam pelabuhan guna untuk di timbun di lapangan penumpukan ataupun akan dimuat secara langsung ke atas kapal.
c.       Proses Penumpukan Petikemas Di CY (Stack)
CY (container yard) atau yang biasa disebut lapangan penumpukan adalah suatu tempat untuk menimbun dan meletakkan petikemas di lapangan penumpukan secara teratur.
Stack adalah proses pemindahan petikemas dari chasis trailer ke lapangan penumpukan (CY) berdasarkan Slot,Row,Tiernya dan Berat, sedang, ringannya suatu petikemas.
d.      Dari CY Ke Dermaga (Haulage)
Haulage adalah kegiatan pemindahan petikemas dari lapangan penumpukan (CY) ke dermaga ataupun sebaliknya, dari dermaga ke lapangan penumpukan.
Pada saat akan melakukan kegiatan muat pada kapal pihak pelayaran mencetak Loading list serta membuat Bay Plan yang fungsinya untuk mengetahui tata letak petikemas (muatan) yang akan diletakkan di dalam palka kapal.
e.       Dermaga Ke Atas Kapal (Stevedoring)
Stevedoring adalah kegiatan pemindahan petikemas dari dermaga keatas kapal ataupun sebaliknya , dari kapal ke dermaga. Pada saat proses petikemas akan dimuat pada palka kapal, petikemas harus sudah ada di dermaga.
Gunanya agar mempercepat proses saat muat agar tidak terjadi keterlambatan waktu. Begitu juga dengan proses bongkar. Pada proses bongkar armada trailer sudah berada di dermaga guna untuk pengankutan petikemas yang akan dibawa keluar pelabuhan.
f.       Dari Kapal Keluar Pelabuhan (Delivery)
Proses dari kegiatan bongkar petikemas yang secara langsung pergi meninggalkan dermaga keluar pelabuhan atau biasa disebut dengan truck loosing (TL).

2.      JENIS-JENIS MUATAN PETIKEMAS
Setiap muatan memiliki sifat yang berbeda-beda, dalam hal pemuatan pun harus diletakkan di tempat yang berbeda untuk menghindari bahaya atau mencegah kerugian. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan untuk membedakan muatan secara umum, adalah sebagai berikut :
a.       Muatan kering
b.      Muatan basah
c.       Muatan bersih
d.      Muatan kotor
e.       Muatan berbau
f.       Muatan berbahaya
g.      Muatan yang didinginkan atau dibekukan.

3.      JENIS PETIKEMAS

a.      Dry Container
Petikemas yang paling umum digunakan untuk pengiriman muatan kering.
b.      Refrigerated Container
Petikemas ini digunakan untuk mengangkut muatan yang memerlukan penanganan suhu tertentu / diatas atau dibawah titik beku.Barang-barang dibagi menjadi barang dingin dan barang beku, tergantung pada suhu yang diinginkan.Umumnya meliputi produk buah-buahan, sayuran, daging.
c.       Tanks Container
Petikemas tangki digunakan untuk mengangkut muatan cair, seperti : bahan pangan, jus buah, minyak , pada bahan kimia seperti : bahan bakar, zat beracun dll.

4.      ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan dalam proses bongkar muat pada petikemas yaitu :
a.       RTG (Rubber Tyred Gantry) adalah alat bongkar muat pada petikemas yang dapat bergerak dalam lapangan penumpukan (CY) yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan petikemas dari dan ke atas trailer, sebaliknya dalam area stack  / penumpukan sesuai dengan Block, Slot, Row, Tirnya.
b.      FL (Forklift) adalah alat yang dapat bergerak dan memiliki garpu / ataupun general cargo dalam suatu tempat yang memiliki kapasitas fork yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan petikemas mengangkat cargo SWL (Safety Weight Load) sampai 32 Ton.
c.       RS (Reach Stacker) adalah alat yang dapat bergerak yang memiliki spreader digunakan untuk menaikkan atau menurunkan petikemas di dalam lapangan penumpukan (CY).
d.      HMC (Harbour Mobile Crane) adalah alat bongkar muat di pelabuhan atau crane yang dapat berpindah-pindah tempat serta memiliki sifat yang flexible sehingga bisa digunakan untuk bongkar muat petikemas ataupun barang-barang curah (general cargo) dengan kapasitas angkat SWL (Safety Weight Load) sampai dengan 100 Ton.
e.       CC (Container Crane) adalah alat bongkar muat petikemas yang dipasang permanen dipinggir dermaga dengan menggunakan rel sehingga dapat bergeser, yang berfungsi untuk bongkar muat petikemas dengan jangkauan / Row yang cukup jauh.

5.      INSTANSI YANG TERKAIT

Instansi yang terkait dalam kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan antara lain :
a.       Administrasi Pelabuhan (Adpel)
Yaitu berhubungan dengan permohonan dan perizinan melaksanakan kegiatan bongkar muat.
b.      PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia (PELINDO)
Yaitu berhubungan dengan permohonan dan perizinan serta pemakaian alat-alat yang nantinya akan digunakan dalam kegiatan bongkar muat dan barang dari dan ke kapal serta permohonan penggunaan jasa deermaga atau lapangan penumpukan.
c.       Kopersai Tenaga Kerja Muat (TKBM)
Yaitu suatu wadah perkumpulan yang menjadi penyedia tenaga kerja bongkar dan muat barang di pelabuhan.
d.      Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL)
Dalam pihak EMKL bertindak sebagai wakil penerima barang dari kapal dan sebagai penyelenggara pengangkutan barang dari dermaga ke lapangan penumpukan maupun keluar pelabuhan.
e.       Direktorat Jendral Bea Dan Cukai
Berhubungan dengan bea masuk apabila barang yang akan atau di bongkar tersebut muatan luar negeri.
f.       Agen Kapal Yang Bersangkutan
Merupakan wakil atau pemilik barang yang bertindak sebagai pengangkut.
g.      Syahbandar
Bertugas melakukan pemeriksaan surat-surat kapal agar kapal dapat keluar masuk pelabuhan serta penegak hukum dan ketertiban Bandar pengawasan keselamatan kapal.
h.      Imigrasi
Bertugas mencegah penyelundupan serta mengawasi penumpang asing yang hendak keluar atau masuk daerah hukum Indonesia.
i.        Karantina
Yang bertugas agar tidak terjadi wabah penyakit yang masuk ke daerah tersebut. Karena untuk mencegah terjadinya wabah penyakit lainnya yang pada akhirnya bisa menimbulkan kerugian besar sehingga kapal yang tiba di pelabuhan yang terkait (dari luar negeri) wajib dikarantinakan.

G.    METODOLOGI PENELITIAN

1.       METODOLOGI PENELITIAN
Dalam melakukan metodelogi penelitian dengan menggunakan :
a.       Survey
Dengan mengadakan penelitian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan magang tersebut, seperti: survey langsung di lapangan berkaitan dengan bongkar muat terhadap karyawan ataupun TKBM yang ada dilapangan..
b.      Studi Pustaka
pengumpulan data dengan cara mengambil referensi dari buku-buku yang dapat di pergunakan sebagai pedoman dalam penulisan proposal.

2.      TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini penulis ini menggunakan dua jenis data yang digunakan diantaranya :
a.       Penelitian lapangan
1)      Wawancara yaitu usaha untuk memperoleh data dengan mengajukan beberap pertanyaan kepada responden dalam hal ini adalah karyawan yang terlibat langsung dalam kinerja operasional pelayanan bongkar muat.
2)      Observasi yaitu pengamatan secara langsung terutama pengamatan tentang proses bongkar muat.
3)      Metode Dokumentasi
Cara memperoleh data dengan cara mengambil, melihat, dan mempelajari data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
b.      Penelitian kepustakaan
Memperoleh data-data melalui studi kepustakaan yaitu berupa jurnal, buku acuan dan media cetak lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.      DATA YANG DIBUTUHKAN
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
a.       Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung pada karyawan dan dokumentasi di perusahaan pelayaran Surabaya.
b.      Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari divisi operasional dan dokumentasi berupa data bulanan dan dokumen yang berisikan kinerja pelayanan kapal tentang kinerja bongkar muat petikemas,serta bentuk-bentuk data pendukung lainnya
c.       Data Umum Perusahaan
Data ini diambil dari sejarah singkat berdirinya perusahaan dan fasilitas yang ada pada perusahaan
d.      Data Khusus Perusahaan
Data khusus meliputi daftar sumber daya manusia di perusahaan, daftar operasional perusahaan, serta dokumen yang berkaitan.

H.    DEFINISI OPERASIONAL

Operasional penanganan arus bongkar muat pada petikemas adalah suatu kegiatan yang menangani bagaimana cara kerja bongkar muat barang (petikemas) dari kapal ke lapangan penumpukan (gudang lini 1) atau dari lapangan penumpukan (gudang lini 1)  ke kapal beserta dokumen yang di gunakan dan Instansi yang terkait. Serta prosedur dan tatacara dalam mengendalikan muatan yang baik dan benar sesuai dengan ketetapan standar operasional yang ada di perusahaan.

I.       WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
                         
Dalam melaksanakan PRADA ( praktek darat ) penyusun mengambil lokasi pada pelabuhan khususnya petikemas di Surabaya.
Sedangkan lama waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data dan penyusunan sehubungan laporan lapangan selama PRADA ( praktek darat ) adalah selama 3-4 bulan sesuaikan dengan waktu yang ditentukan oleh pihak terkait.

J.      SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN AKHIR

Guna mempermudah pemahaman dan memberikan gambaran rencana penyusunan tugas akhir,  yang akan disusun setelah menyelesaikan praktek darat ini. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut :
           
            HALAMAN JUDUL
            HALAMAN PENGESAHAN
            HALAMAN MOTTO
            HALAMAN PERSEMBAHAN
            KATA PENGANTAR
            DAFTAR TABEL
            DAFTAR GAMBAR
            DAFTAR ISI
            BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Penegasan Judul
C.     Batasan Masalah
D.    Tujuan Penelitian
E.     Manfaat Penelitian
F.      Landasan Teori
G.    Metodologi Penelitian
H.    Waktu Dan Tempat Penelitian
I.       Sistematika Penulisan Laporan
BAB II LANDASAN TEORI
A.    Pengertian dan Faktor Yang Mempengaruhi
B.     Pembagian Jenis Muatan
C.     Kegiatan Bongkar Muat Petikemas
D.    Alat-Alat Yang Digunakan
E.     Instansi Yang Terkait
BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
A.    Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan
B.     Struktur Organisasi Perusahaan
C.     Tugas Dan Fungsi Perusahaan
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR  PUSTAKA
Gurning, Raja Oloan Saut dan Budiyanto,Eko Hariyadi.2007, Manajemen Bisnis Pelabuhan. PT. Andhika Prasetya Ekawahana : Surabaya.


















LAMPIRAN
RENCANA KERJA

No
TAHAP
KEGIATAN
LAMA
KETERANGAN
1.
Persiapan
-          Penyelesaian proposal
-          Konsultasi bimbingan
-          Pengurusan ijin dan rekomendasi

1 bulan

2.
Pelaksanaan
-          Pelaksanaan PRADA
-          Pengumpulan data

3-4 bulan

n3.
Penyusunan
Laporan
-          Konsultasi bimbingan
-          Pengolahan data
-          Penulisan

1 bulan

4.
Penyelesaian
-          Pelaksanaan ujian laporan
-          Revisi
-          Penggandaan

1 bulan