PROPOSAL
PRAKTEK DARAT
AKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL
CARGO
OLEH PERUSAHAAN BONGKAR MUAT PT. X
DI PELABUHAN KARIANGAU BALIKPAPAN
DISUSUN OLEH :
NAMA :
ALFIN DWI CAHYANI
NRP :
2141933
JURUSAN :
KETATALAKSANAAN PELAYARAN NIAGA DAN
KEPELABUHAN
‘AKADEMI KETATALAKSANAAN PELAYARAN NIAGA’
(BAHTERA)
JL.BANTUL KM 3 DUKUH MJ 1221 YOGYAKARTA KODE POS 55142
TELP/FAX (0274) 381489, 414515
2016
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL PRAKTEK KERJA
1.
Judul : Aktivitas Pelayanan Jasa Freight Forwarder Oleh PT. X di Semarang Jawa Tengah
2. Diajukan oleh
2.1. Nama : ALFIN DWI CAHYANI
2.2. NRP : 2141933
2.3. Tempat/Tgl Lahir : Jember, 30 Agustus 1996
2.4. Jurusan : Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga
2.5. Angkatan : 2014/2015
2.6. Alamat : Jl. Rembangan, RT 03/RW 05 Baratan, Patrang,Jember
3. Dosen Pembimbing : Sumarwanto, SE
Yogyakarta,
02 Agustus 2016
Penyusun,
Alfin
Dwi Cahyani
NRP:
2141933
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Sumarwanto,SE
Mengetahui
Direktur AKPN BAHTERA Yogyakarta
Evada Rustina,SE,MM
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji serta syukur yang senantiasa
hanya milik Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
Alhamdulillah penyusun dapat menyelesaikan Proposal Praktek Kerja ini sesuai dengan
target waktu yang telah direncanakan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW.
Adapun judul dari
Proposal Praktek Kerja ini adalah “AKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO OLEH
PERUSAHAAN BONGKAR MUAT PT. X DI PELABUHAN KARIANGAU
BALIKPAPAN”.
Maksud dan tujuan
dari Proposal Praktek Kerja ini adalah sebagai acuan bagi penyusun di dalam Praktek
Kerja di lapangan nanti dan juga sebagai langkah awal untuk memadukan ilmu yang
didapat selama kegiatan perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan,
selain itu juga merupakan salah satu persyaratan kelulusan program studi Diploma III, pada Jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran
Niaga.
Dalam penyusunan
Proposal Praktek ini penyusun menyadari bahwa, masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun memerlukan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
proposal ini.
Akhirnya dengan
selesainya penyusunan Proposal Praktek Kerja ini penyusun berharap dapat bermanfaat,
khususnya bagi diri penyusun sendiri dan umumnya bagi para pembaca.
Yogyakarta,
Februari 2013
Penyusun
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
1. JUDUL
PROPOSAL PRAKTEK KERJA ........................................... 1
2. PENEGASAN
ARTI JUDUL .............................................................. 1
3. ALASAN
PEMILIHAN JUDUL ......................................................... 2
4. LATAR
BELAKANG MASALAH ..................................................... 3
5. RUMUSAN
MASALAH ...................................................................... 4
6. TUJUAN
PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTEK KERJA ............. 4
7. MANFAAT
PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTEK KERJA 5
8. TINJUAN
TEORITIS ........................................................................... 6
9. METODOLOGI
PENELITIAN............................................................ 21
10. SISTEMATIKA LAPORAN
PRAKTEK KERJA ............................. 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 26
RENCANA JADWAL KEGIATAN......................................................... 27
1.
JUDUL
PROPOSAL PRAKTEK KERJA
AKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO
OLEH PERUSAHAAN BONGKAR MUAT PT. “X” DI PELABUHAN KARIANGAU BALIKPAPAN
2.
PENEGASAN
ARTI JUDUL
Untuk
memperjelas maksud dari judul proposal praktek kerja yang tersebut di atas,
berikut beberapa pengertian kata dan istilah dari beberapa sumber yang dapat
dipakai sebagai dasar pemikiran :
2.1
Aktivitas
Adalah kegiatan
seseorang atau suatu lembaga dalam rangka melaksanakan kewajiban sesuai dengan
petunjuk yang diberikan dalam mencapai tujuan. (Anton M. Muliono, 1990:17)
2.2
Bongkar
Adalah kegiatan membongkar barang dari
kapal ke dermaga, tongkang dengan menggunakan Derek kapal atau yang lain.
(Herry Gianto dan Arso Martopo, 1990 : 30)
2.3
Muat
Adalah kegiatan memuat barang ke kapal
dari dermaga, tongkang dengan menggunakan derek kapal atau yang lain. (Herry
Gianto dan Arso Martopo, 1990 : 30)
2.4
General Cargo
Muatan yang dimuat di suatu kapal dalam jenis
dan bentuk pembungkus yang bermacam-macam seperti peti-peti sabun, drum-drum,
minyak kaleng, besi beton, serta gula dalam karung (Subandi, 1998 : 68)
2.5
Perusahaan
Bongkar Muat
Adalah menurut keputusan Menteri
Perhubungan NO. KM 14 tahun 2002 yang dimaksud dengan perusahaan bongkar muat
yaitu Badan Hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan
mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal. (Suyono, 2005 :
305)
2.6 Pelabuhan
Adalah tempat yang terdiri dari daratan
dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal sandar,
berlabuh, naik turun penumpang dan bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
intra dan antar moda transportasi. (Suyono, 2005 : 1)
Jadi, dengan demikian maksud dari judul
di atas adalah tahap-tahap kegiatan untuk membongkar barang dari kapal ke dermaga,
tongkang dan atau dari dermaga, tongkang ke kapal dengan menggunakan derek
kapal atau alat yang lain terhadap berbagai macam barang seperti peti-peti
sabun, drum-drum, besi beton dan barang-barang dalam karung yang dilaksanakan
oleh Perusahaan Bongkar Muat PT. “X” di Pelabuhan Kariangau, Balikpapan,
Kalimantan Timur.
3.
ALASAN PEMILIHAN JUDUL
3.1 Alasan Ilmiah
Penyusun ingin melihat secara langsung
aktivitas/kegiatan bongkar muat general cargo dari dan ke kapal di Pelabuhan
Kariangau Balikpapan. Kemudian penyusun ingin menerapkan ilmu yang didapat dari
kampus ke dunia kerja yang sesungguhnya.
3.2 Alasan Praktis
Penyusun berpendapat bahwa setiap muatan
yang akan dibongkar/dimuat perlu penanganan yang baik, sehingga harus diatur
dalam pemuatan dan pembongkarannya agar tidak terjadi penumpukan barang yang
tidak sesuai di dalam palka yang dapat mengakibatkan ketidak seimbangan kapal
sehingga dapat menimbulkan kecelakaan di laut.
3.3 Alasan Lain-lain
Penyusun berharap dapat menambah wawasan
bagi pembaca pada umumnya serta menambah wawasan bagi penyusun pada khususnya
dalam aktivitas bongkar muat general cargo oleh Perusahaan Bongkar Muat PT. “X”
di Pelabuhan Kariangau Balikpapan.
4.
LATAR BELAKANG MASALAH
Seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi terutama dalam masalah perniagaan dimana
kegiatan tersebut semakin meningkat dan berkembang pesat yang tidak mungkin
lepas lagi dari penggunaan sektor transportasi yang mencakup bidang angkutan
laut, dalam perdagangan antar pulau dan antar Negara tidak lepas dari alat
angkut transportasi laut sebagai penunjang kelancaran perniagaan untuk
mengantar barang ke konsumen. Sehubungan dengan perlu adanya sarana dan alat
angkut yang digunakan untuk mengirim barang antar pulau dan antar Negara adalah
dengan menggunakan alat transportasi laut yang lebih efisiensi dan biayanya
lebih murah bila untuk pengangkutan pengangkutan dalam jumlah besar.
Dalam angkutan
laut tidak terlepas dari adanya proses bongkar muat di kapal yang dilakukan
oleh pihak perusahaan bongkar muat. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2002 pasal 2 ayat 1 tentang penyelenggaraan
perusahaan bongkar muat barang dari dan ke kapal. Dan kegiatan bongkar muat
barang dari dan ke kapal melalui dermaga gudang dan lapangan penumpukan di
pelabuhan. Untuk menghadapi globalisasi dunia saat ini dibutuhkan sarana
penunjang maupun prasarana dibidang angkutan laut yang terdiri dari kapal cargo
dan gudang penumpukannya. Setelah dilihat dari perkembangan media dewasa ini
muatan general cargo adalah sebagai salah satu penunjang perekonomian di sektor
pelabuhan. Dan saat ini arus kapal general cargo mengalami peningkatan. Dari
latar belakang masalah tersebut maka perlu adanya sarana dan prasarana untuk
meningkatkan efisiensi di dalam perdagangan terutama jalur transportasi laut,
sehingga dibutuhkan profesionalisme di dalam penanganan jasa angkutan laut
khususnya muatan general cargo.
5.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar
belakang di atas, maka penyusun dapat merumuskan permasalahan : “Bagaimana
Aktivitas Bongkar Muat General Cargo Oleh Perusahaan Bongkar Muat PT. X di
Pelabuhan Kariangau Balikpapan?”
6.
TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTEK KERJA
6.1 Tujuan Akademik
Merupakan suatu persyaratan kelulusan
program studi Diploma III Jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga.
6.2 Tujuan Ilmiah
Untuk membandingkan antara teori yang
diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan dalam hal
bongkar muat general cargo dan juga untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh
selama berada di bangku kuliah.
6.3 Tujuan Umum
Untuk memberikan sumbangan pemikiran
kepada pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan bongkar muat general cargo agar
diperoleh informasi dan dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam
kegiatan bongkar muat general cargo tersebut.
7.
MANFAAT PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTEK KERJA
7.1 Bagi Pengembangan
Ilmu Pengetahuan
7.1.1
Dapat menambah pengetahuan dibidang kemaritiman khususnya dalam hal aktivitas
bongkar muat general cargo dari dan ke kapal.
7.1.2
Dapat memberikan gambaran yang lebih luas pada masyarakat dalam hal bongkar
muat general cargo.
7.2 Bagi Pembangunan
7.2.1
Mampu memberikan sumbangan pemikiran dan apa yang diperoleh selama pendidikan
di lapangan praktek kerja sesuai dengan keahlian akademik.
7.2.2
Mampu memberikan jawaban atas segala permasalahan yang terjadi sehingga dapat
berfungsi untuk bangsa dan Negara.
7.2.3
Diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat tentang keunggulan
muatan general cargo bagi dunia usaha.
7.3 Bagi Penyusun
7.3.1
Penyusun dapat terjun langsung dalam dunia kerja di lapangan nanti.
7.3.2
Memberi tambahan ilmu pengetahuan bagi penyusun dalam hal proses bongkar muat
general cargo dalam suatu pelabuhan.
7.3.3
Langkah awal dan pengalaman sebelum memasuki dunia kerja.
8.
TINJAUAN TEORITIS
General cargo
adalah muatan yang dimuat disuatu kapal dalam jenis dan bentuk pembungkus yang
bermacam-macam seperti peti-peti sabun, drum-drum, minyak kalengan, besi beton,
gula dalam karung, tepung terigu, bahan kimia termsuk barang-barang bahaya dan lain-lain.
(Subandi, 1998 : 68)
Menurut
keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002 yang dimaksud dengan
perusahaan bongkar muat yaitu Badan Hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk
menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke
kapal. (Suyono, 2005 : 305)
8.1 Tanggung Jawab
Perusahaan Bongkar Muat
Dalam melakukan pelayanan, perusahaan
bongkar muat harus bekerja sama dengan berbagai pihak seperti PT. Pelabuhan
Indonesia, Perusahaan Pelayaran, EMKL, pemilik barang, penyedia tenaga buruh
dan sebagainya. Masing-masing pihak memiliki tugas dan tanggung jawab.
Sedangkan tanggung jawab dari perusahaan bongkar muat adalah :
8.1.1
Kelancaran kegiatan bongkar muat,
8.1.2
Keselamatan penerimaan dan penyerahan barang,
8.1.3
Kebenaran laporan yang disampaikan
8.1.4
Mengatur penggunaan tenaga kerja bongkar muat dan peralatan sesuai kebutuhan.
8.2 Azas-azas Pemadatan
Pada prinsipnya pemadatan atau pemuatan
ini meliputi berbagai factor yang perlu diperhatikan, yaitu : (H. Banu Santoso,
1998 : 65-66)
8.2.1
Melindungi kapal (to protect the ship)
8.2.2
Melindungi muatan (to protect the cargo)
8.2.3
Keselamatan buruh dan ABK (safety of crew
and longshoreman)
8.2.4
Melaksanakan pemadatan muatan secara sistematis (to obtain rapid systematic loading and discharging)
8.2.5
Memenuhi ruangan muatan sepenuh mungkin sesuai dengan daya tampungnya (to obtain the maximum use available cuble of
the ship).
8.3 Pembagian Jenis
Muatan
Sesuai dengan sifat fisiknya, bila
muatan diangkut dengan kapal maka dalam pemadatan muatan di palka (untuk
beberapa jenis muatan) harus dipisah agar tidak berada dalam satu ruangan yang
tertutup. Sebagai contoh, kopra dapat berkeringat di dalam perjalanan dan
mempunyai kutu-kutu yang dapat merusak tembakau sehingga kopra dapat
dikategorikan sebagai jenis muatan yang kotor dan berbau. Semen termasuk muatan
kotor karena akan mencemarkan atau mengotorkan muatan lain. Sebaliknya,
televisi atau barang elektronika dalam kardus merupakan muatan yang bersih.
Bensin dan mesiu merupakan muatan berbahaya karena setiap waktu dapat terbakar
atau meledak.
Untuk mudah membedakannya, secara umum
muatan general cargo yang dibungkus oleh peti-peti sabun, drum-drum, minyak
kalengan, gula dalam karung, semen dalam sak serta besi beton dapat dibagi
menjadi : (Subandi, 1998 : 4-6)
8.3.1 Muatan Kering
Yang termasuk muatan kering
antara lain : tepung, beras, bahan-bahan pangan kering, kertas, rokok dalam
bungkusan dan sebagainya, yang pada umumnya tidak dapat merusak jenis barang
lain.
8.3.2 Muatan Basah
Muatan basah adalah muatan
(barang) yang berbentuk cairan. Muatan jenis ini pada umumnya dapat merusak
jenis barang lain. Contohnya : minyak dalm drum dan gas cair yang dimasukkan ke
dalam tangki.
8.3.3 Muatan Bersih
Pada umumnya muatan bersih
tidak merusak jenis barang lain dan tidak menimbulkan sisa di tempat yang
ditinggalkannya. Muatan bersih antara lain sandang, benang tenun, perkakas
rumah tangga, barang-barang kelontong yang terbungkus dalam kotak atau
peti-peti.
8.3.4 Muatan Kotor
Muatan kotor/berdebu antara
lain : semen dalam kantong atau pembungkus lainnya. Muatan ini umumnya
menimbulkan debu yang dapat merusak jenis barang lain, terutama muatan bersih.
8.3.5 Muatan Berbau
Pada umumnya barang ini dapat
merusak atau mengakibatkan jenis barang lain berbau.
Yang termasuk muatan berbau antara lain : minyak tanah,
terpentin, ammonia, minyak gemuk, keju, ikan asin dan sebagainya yang
terbungkus oleh drum-drum atau kotak.
8.4 Jenis
Muatan Umum Dengan Sifat Khusus
Jenis muatan barang general
cargo atau muatan umum memiliki sifat khusus dari jenis masing-masing barang.
Jenis muatan umum dengan sifat khusus antara lain : (Suyono, 2005 : 372-373)
8.4.1 Cement (semen)
Dimuat dalam karung kertas,
berdebu dan harus tetap kering.
8.4.2 Flour (tepung)
Muatan tepung mudah tercemar.
Harus selalu kering dan dipisah muatannya dengan muatan berbau.
8.4.3 Iron and
steel (besi baja)
Pig iron, steel billets, round bars, pipers adalah muatan yang mudah bergeser dan berpindah bila
tidak diikat (lashing) dengan baik.
8.4.4 Rice (beras)
Muatan yang banyak mengandung
air karena itu dapat berkeringat. Untuk menghindari ini biasanya diberikan
pipa-pipa kayu berlubang untuk ventilasi dalam perjalanan. Lapisan beras paling
atas diberi lapisan penutup terpal untuk menghindari agar keringat yang timbul
pada ruangan penutup atas dari palka tidak jatuh pada beras yang ada. Juga agar
karung beras tidak bersentuhan dengan bagian besi kapal karena itu diperlukan
tikar dan dunnage yang cukup.
8.4.5 Muatan Kaleng
Dimuat dibagian atas dari
muatan lainnya untuk menghindari agar kaleng-kaleng tidak tergencet.
8.5 Penyusunan
Muatan Dalam Kapal
Berdasarkan stowage plan, para stevedore, petugas yang mengawasi bongkar/muat di kapal harus
mengetahui cara menyusun muatan di dalam palka secara baik sehingga dalam
pemuatan maupun pembongkaran kapal tidak akan ada kerancuan. Penyusunan muatan
yang dikemukakan disini adalah pemadatan di ruangan kapal barang pada umumnya.
Beberapa contoh
penempatan/penyusunan muatan general cargo adalah :
(Suyono, 2005 : 354-355)
(Suyono, 2005 : 354-355)
8.5.1 Muatan dalam kardus dan peti kayu
Geladak kapal diberi dunnage
dahulu. Tumpukan dari muatan jangan terlalu tinggi. Pada peti-peti yang terbuat
dari kardus sering dinyatakan tinggi susunan yang diperbolehkan. Untuk
peti-peti kayu juga harus dilihat kekuatannya. Merek-merek dari satu partai
ditempatkan berdekatan dan mudah dilihat. Berikan separation yang diikat baik. Lubang-lubang diantara susunan diberi
dunnage agar tidak bergerak. Bila perlu muatan diikat (lashing) agar tidak bergerak. Bila memungkinkan, muatan berat
ditempatkan di hatch-square agar
lebih mudah mengeluarkannya.
8.5.2 Muatan dalam karung
Dek dalam palka dilapisi dengan
separation berupa tikar. Selain itu, selang beberapa
susunan karung diberi lapisan permukaan dari kayu yang selain untuk separation juga untuk menjaga agar
susunan karung tetap tegak. Karung-karung yang berisi bahan makanan jangan
dicampur dengan karung-karung berisi bahan kimia. Sebaiknya salah satu jenis
muatan dipisah dengan palka yang lain.
8.5.3 Semen dalam kantong
Dek-dek harus diberi alas yang
merupakan campuran antara papan kayu dan alas kertas atau sasak. Susunan dalam
palka harus rata dan jangan ditumpuk terlalu tinggi. Beri alas kayu di antara
tumpukan-tumpukan susunan semen. Juga jaga jangan sampai semen masuk dalam got
palka terutama di tempat penghisapan air got. Oleh karena itu, penutup got
harus diberi lapisan separasi.
8.5.4 Drum dan tong
Dek harus dilapisi dengan dunnage berupa papan kayu. Drum-drum
sebaiknya disusun tegak dengan lubang isi berada di atas. Drum disusun sejajar
dan/atau drum yang satu diletakkan di atas drum yang lainnya dengan pembatas
dari kayu atau papan.
8.5.5 Muatan dek
Muatan dek adalah muatan yang
karena sifat atau bentuknya, maka lebih baik ditempatkan di atas dek bila
diangkut dengan kapal. Muatan yang termasuk didalamnya adalah muatan berbahaya
atau barang-barang besar, seperti mesin-mesin dan ketel. Muatan dek biasanya
dilapisi/dilindungi kayu7. Pemuatan harus dilaksanakan dengan seksama dan
hati-hati. Barang-barang harus diikat (lashing)
agar tidak bergerak dan bila perlu ditutup dengan rapat.
8.6 Operasi
Bongkar Muat
Dalam pengoperasian bongkar/muat barang
general cargo dari dan ke kapal mempunyai tahap-tahap atau prosedur dan
dibutuhkan alat-alat yang khusus dan aman dalam setiap tahap kegiatan
bongkar/muat barang. Di setiap tahap kegiatan bongkar/muat juga mempunyai
petugas yang bertanggung jawab dan mengkoordinir kegiatan tertentu serta
bekerja sama dengan pihak-pihak yang terkait.
8.6.1 Stevedoring
Stevedoring bongkar adalah jasa
pembongkaran dari kapal ke dermaga, tongkang, gudang, truk atau lapangan dengan
menggunakan derek kapal atau alat bantu pembongkaran lainnya. Sedangkan Stevedoring muat adalah jasa pemuatan
dari dermaga, tongkang, gudang, truk ke kapal. Orang yang bertugas mengurus
bongkar muat kapal disebut sebagai stevedore.
Stevedore yang bertugas di atas kapal disebut sebagai stevedore kapal, sedangkan stevedore
yang bertugas di darat disebut sebagai quay
supervisor. Dalam melaksanakan tugasnya, stevedore harus bekerja sama dengan berbagai pihak seperti PT.
Pelabuhan Indonesia, Perusahaan Pelayaran, EMKL, forwarder, pemilik barang, TKBM dan lainnya. Seorang stevedore umumnya adalah orang yang
pernah bertugas di atas kapal dan berdinas sebagai perwira atau seorang yang
biasa menangani buruh karena stevedore
akan mengkoordinir pekerjaan dan buruh TKBM melalui mandor atau kepala regu
kerja (KRK). Dalam bekerja stevedore
dibantu oleh foreman. Koordinasi
kegiatan stevedoring atau terminal operator.
8.6.2 Cargodoring
Cargodoring atau quay-transfer adalah pemindahan barang
setelah dibongkar dari kapal di dermaga ke gudang atau tempat penumpukan.
Kegiatan ini dilakukan dengan bantuan gerobak dorong dan peralatan mekanis
berupa forklift. Dalam praktek, forklift adalah alat yang paling banyak
digunakan.
8.6.2.1 Faktor penentu cargodoring
Dalam pelaksanaan,
produktivitas quay-transfer dipengaruhi
oleh 3 variabel, yakni jarak tempuh, kecepatan kendaraan dan waktu tidak aktif.
a.
Jarak yang ditempuh
Apabila jarak tempuh antara
dermaga dengan gudang atau area penumpukan cukup jauh maka akan memperlambat
proses cargodoring. Sebaliknya, jika
jarak tempuh antara dermaga dengan gudang atau area penumpukan pendek maka
proses cargodoring ini menjadi lebih
cepat.
b.
Kecepatan kendaraan
Kecepatan kendaraan pengangkut dari dermaga ke gudang
atau area penumpukan sangat mempengaruhi proses cargodoring. Pergerakan forklift
dari titik pengambilan ke tempat penurunan muatan dan kembali lagi ke
tempat pengambilan disebut sebagai transfer-cycle.
Ukuran transfer-cycle adalah
waktu. Bila transfer-cycle lebih
singkat, tentunya pembongkaran atau pemuatan kapal akan lebih cepat dan untuk
hal ini tergantung dari kerja sama antara kapal, dermaga dan pergudangan. Untuk
kecepatan kendaraan akan dipengaruhi oleh daya angkat dari forklift, jenis muatan dan keterampilan pengemudi serta ruang gerak
di dermaga dan tempat penumpukan.
c.
Waktu tidak aktif (immobilisasi)
Waktu tidak aktif adalah waktu ketika tidak ada kegiatan
pengangkutan. Jika waktu tidak aktif ini tinggi maka tentu saja akan mengurangi
produktivitas kegiatan cargodoring. Salah
satu yang paling berpengaruh adalah down
time, yaitu tidak aktifnya kegiatan akibat tidak tersedianya atau
kekurangan forklift pada saat
dibutuhkan. Down time selain karena
kurang atau tidak adanya forklift juga
bisa akibat dari kurangnya peralatan lain, seperti gerobak, truk pengangkut
atau tempat penumpukan yang penuh atau kapal hampir kosong. Salah satu faktor
yang sangat menentukan munculnya waktu tidak aktif adalah kesalahan perhitungan
jumlah forklift yang digunakan. Untuk
menentukan jumlah forklift perlu
diperhitungkan :
1)
Jumlah, jenis dan
banyaknya muatan.
2)
Jumlah tenaga
kerja.
3)
Utilisasi dan
ketersediaan
4)
Perawatan alat yang
ada dan kemungkinan sewa.
8.6.2.2 Pemanfaatan alat cargodoring
Agar aktivitas cargodoring bisa berjalan produktif dan
efisien, peralatan harus dimanfaatkan dengan baik. Agar down time rendah maka perlu pemeliharaan peralatan dilaksanakan
dengan baik dan secara teratur. Peralatan yang dioperasikan secara ceroboh
serta perawatan yang kurang baik akan mengakibatkan kurang atau tidak
tersedianya peralatan bila diperlukan. Pemanfaatan perlu mengikuti manual dari
pabrik pembuat dan dilakukan penggantian minyak secara teratur.
Bila dilakukan dengan forklift maka aktivitas pekerjaan cargodoring adalah sebagai berikut :
a.
Muatan diambil oleh
forklift dari tempat pembongkaran di
sisi kapal di dermaga setelah dari sling kapal.
b.
Muatan dipindah
dari dermaga ke area penumpukan dengan bantuan forklift.
c.
Forklift menyusun
dan menumpuk barang di tempat area penumpukan.
d.
Forklift kembali
ke sisi dermaga untuk mengambil muatan.
8.6.3 Receiving/Delivery
Operation
8.6.3.1 Pengertian receiving/delivery
operation
Operasi penerimaan/penyerahan
muatan merupakan kegiatan menerima atau menyerahkan barang dari dan ke wilayah pelabuhan.
(Suyono, 2005 : 322)
8.6.3.2 Kegiatan receiving/delivery
Kegiatan receiving/delivery pada dasarnya ada 2 macam, yaitu pola angkutan
langsung dan tidak langsung. (Suyono, 2005 : 323-334)
a.
Pola angkutan
langsung
Pola angkutan
langsung adalah pembongkaran/pemuatan dari kendaraan darat langsung dari dan ke
kapal. Pada pola angkutan langsung, kegiatan receiving/delivery dilakukan dengan cara :
1)
Kendaraan/alat
angkut langsung ditempatkan di posisi sebelah lambung kapal pada palka dimana
bongkar/muat dilakukan dibawah ganco kapal yang bekerja.
2)
Muatan dimasukkan
dalam palka atau diturunkan dari palka dengan ganco kapal dari atau ke
truk/tongkang.
3)
Penyelesaian
dokumen.
Data yang diperlukan pada pola angkutan langsung adalah :
1)
Jumlah barang yang
akan dibongkar/dimuat.
2)
Kecepatan rata-rata
bongkar/muat.
3)
Waktu mulai dan
selesainya pembongkaran/pemuatan.
4)
Jenis dan kapasitas
kendaraan pengangkut yang digunakan.
5)
Jumlah kendaraan
yang diperlukan.
6)
Bila jumlah
kendaraan terbatas, jauh atau dekatnya tempat membongkar/memuat barang dari/ke
kapal (gudang penampung).
b.
Pola angkutan tidak
langsung
Penerimaan
atau penyerahan tidak langsung adalah penyerahan/penerimaan barang setelah
melewati gudang atau lapangan penampungan. Pada angkutan tidak langsung,
kegiatan receiving/delivery dilakukan
dengan cara :
1)
Penempatan alat
angkut di sebelah gudang/pintu darat.
2)
Pemindahan muatan
atau penurunan muatan dari/ke gudang atau tempat penumpukan.
3)
Penyelesaian dokumen.
Langkah-langkah yang harus diambil agar barang-barang
impor cepat keluar dari daerah pelabuhan adalah :
1)
Informasi kepada
pemilik barang bahwa barang telah dibongkar dari kapal dan juga batasan dari
masa bebas penumpukan (free storage).
2)
Waktu yang tepat
untuk pengeluaran barang.
Terlambatnya
operasi received/delivery dapat
terjadi disebabkan :
1)
Cuaca buruk/hujan
waktu bongkar/muat dari kapal.
2)
Terlambatnya
angkutan darat atau tongkang atau terlambatnya dokumen.
3)
Terlambatnya
informasi atau alur (flow) dari
barang.
4)
Perubahan dari loading point.
8.7 Tenaga
Kerja Bongkar Muat
Agar aktivitas bongkar/muat barang
general cargo berjalan efektif dan efisien, dibutuhkan tenaga kerja yang
memiliki keahlian khusus dalam proses bongkar/muat barang di bidangnya masing-masing.
8.7.1 Kriteria Tenaga Kerja Bongkar muat
Tenaga kerja bongkar muat yang
dibutuhkan dalam proses bongkar muat general cargo adalah tenaga kerja yang
memiliki kriteria sebagai berikut : (Karel Lawalata, Herman A, 1990 : 13)
8.7.1.1 Tenaga kerja yang memiliki pengalaman dan
keahlian tentang bidangnya masing-masing.
8.7.1.2 Tenaga kerja yang disiplin.
8.7.1.3 Tenaga kerja yang teliti dan hati-hati dalam
melaksanakan tugasnya.
8.7.2 Tenaga Kerja yang Terlibat
Organisasi PBM yang lengkap
akan terdiri dari bagian stevedoring dan
bagian pergudangan yang dipimpin dan dikoordinasi oleh seorang kepala. Karena
kepala ini menguasai terminal bongkar muat, dermaga, gudang serta lapangan
penumpukan maka disebut ia sebagai kepala terminal. Dalam menjalankan tugasnya,
operator terminal akan dibantu oleh kepala stevedoring
dan pergudangan serta staf administrasi yang akan membukukan semua kegiatan
yang ada di dalam terminal. Dalam kegiatan bongkar muat, tenaga kerja yang
terlibat adalah sebagai berikut : (Suyono, 2005 : 339)
8.7.2.1 Terminal
Tenaga kerja yang bertugas di lokasi
terminal antara lain :
a.
Operator terminal
b.
Pergudangan.
c.
Peralatan.
d.
Administrasi.
e.
Kepala gudang.
f.
Administrasi
gudang.
g.
Checker.
h.
Kerani.
8.7.2.2 Bongkar/Muat
Tenaga kerja yang bertugas pada saat
kegiatan bongkar/muat antara lain :
a.
Stevedoring.
b.
Operasi.
c.
Analisis
perencanaan.
d.
Klaim
e.
Stevedore
f.
Foreman.
g.
Pengawas buruh.
8.7.2.3 Peralatan
Di bagian peralatan, tenaga kerja yang
bertugas dan bertanggung jawab antara lain :
a.
Kasap peralatan
b.
Pengemudi forklift.
c.
Pengawas forklift.
d.
Montir.
8.8 Peralatan
Bongkar Muat
Peralatan bongkar muat adalah
alat-alat pokok penunjang pekerjaan bongkar muat yang meliputi : (Radiks Purba,
1981 : 84-85)
8.8.1 Derek/Crane
Digunakan untuk mengangkat
barang-barang dari kapal ke atas dermaga (kade) serta dari kapal ke dalam
perahu (lighters) dan sebaliknya.
8.8.2 Forklift
Digunakan untuk mengangkat
barang-barang dan biasanya dipergunakan di dalam gudang.
8.8.3 Head Truck
Digunakan untuk mengangkut
barang-barang hasil bongkar/muat, head truck ini biasanya ditempatkan di
dermaga sisi lambung kapal agar lebih cepat dalam pemuatan/pembongkaran.
8.8.4
Tali Rami Manila (Rope Net)
Digunakan untuk menyusun muatan general
cargo yaitu berupa barang dalam karung untuk kemudian dikaitkan pada tackle Derek kapal.
8.8.5
Sling Baja (Wire Sling)
Digunakan untuk mengangkat muatan
general cargo yang berat atau mengangkat barang yang telah disusun pada pallet, biasanya digunakan untuk muatan
jenis semen dalam kantong.
8.8.6
Jala-jala Lambung Kapal
Jala-jala ini dipasang diantara sebelah
sisi lambung kapal dan di dermaga. Digunakan sebagai pelindung terhadap muatan
agar tidak masuk ke dalam laut pada saat pemuatan/pembongkaran berlangsung.
8.8.7
Pallet
Digunakan sebagai tempat menyusun muatan
yang akan dibongkar/muat dari dalam palka dan dikaitkan pada pengait crane
dengan menggunakan tali baja (wire sling).
Pallet ini biasanya digunakan untuk penanganan muatan jenis semen.
8.9 Dokumen Bongkar
Muat Barang
8.9.1
Bill Of Lading
Bill of Lading disebut juga sebagai
konosemen, bagi pengangkat merupakan kontrak pengangkutan sekaligus sebagai
bukti tanda terima barang. Bill of Lading juga merupakan tanda hak milik yang
memungkinkan barang bias ditransfer dari shipper ke consignee atau
dipindahtangankan ke pihak ketiga.
Untuk semua barang yang dimuat/dibongkar
dicatat dalam tally sheet.
8.9.3
Stowage Plan
Stowage plan adalah gambar tata letak
dan susunan semua barang yang telah dimuat di atas kapal.
8.9.4
Manifest
Manifest adalah keterangan rinci
mengenai brang-barang yang diangkut oleh kapal. (Suyono, 2005 : 334-335)
8.9.5
Time Sheet
Time sheet adalah dokumen untuk
menghitung jumlah waktu efektif kegiatan bongkar/muat, untuk pertanggungjawaban
kepada owner/pencarter.
8.9.6
Statement of Fact
Statement of fact berisikan semua
kejadian bongkar/muat dari awal sampai selesai, untuk pertanggungjawaban kepada
kapal/pelayaran.
8.9.7
Daily Report
Daily report adalah laporan hasil
bngkar/muat setiap harinya dibuat atas dasar Tally Sheet.
8.9.8
Berita Acara Serah Terima Barang
Berita acaraserah terima barang dibuat
setelah pekerjaan pembongkaran, pemuatan, pemasukan, pengeluaran selesai untuk
pertanggungjawaban kepada kapal. (Banu Santoso, 1998 : 93-94)
8.9.9
Delivery Order (D/O)
Delivery order adalah surat penyerahan
muatan.
8.9.10
Notice of Readiness (NOR)
Notice of Readiness adalah surat
pemberitahuan dari Nakhoda kepada penyewa kapal, menyatakan bahwa kapal siap
memulai bongkar/muat. (Sudjatmiko, 1979 : 227)
9.
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi
penelitian dibutuhkan
sebagai pembekalan pengetahuan tentang arti dari penelitian, langkah-langkah
penelitian serta konseptualisasi penelitian dalam praktek kerja lapangan.
Metodologi penelitian juga membantu penyusun untuk memiliki keterampilan dalam
melakukan penelitian di tempat praktek kerja dan dalam penyusunan laporan praktek kerja dengan
memperhatikan etika-etika yang ada, seperti :
9.1 Data Yang
Diperlukan
9.1.1
Gambaran Umum Pelabuhan Kariangau Balikpapan
9.1.1.1
Sejarah singkat Pelabuhan Kariangau Balikpapan
9.1.1.2
Letak astronomis dan geografis Pelabuhan Kariangau Balikpapan
9.1.1.3
Fasilitas yang dimiliki Pelabuhan Kariangau Balikpapan
9.1.1.4
Struktur organisasi Pelabuhan Kariangau Balikpapan
9.1.2
Gambaran umum Perusahaan Bongkar/Muat
9.1.2.1
Sejarah singkat Perusahaan Bongkar/Muat
9.1.2.2
Fasilitas yang dimiliki Perusahaan Bongkar/Muat
9.1.2.3
Struktur organisasi Perusahaan Bongkar/Muat
9.1.2.4
Aktivitas Bongkar/Muat yang dilaksanakan Perusahaan Bongkar Muat
9.1.3
Dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pelaksanaan bongkar/muat.
9.1.4
Data lain yang relevan.
9.2 Metode Pengumpulan
Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan
selama waktu pelaksanaan praktek kerja, Penyusun merencanakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
9.2.1
Metode Observasi (pengamatan)
Yaitu cara memperoleh data yang secara
langsung mengadakan pengamatan terhadap suatau terhadap suatu objek sambil
mengamati, mencatat apa yang telah diamati dengan sejelas-jelasnya. (Cholid
Narbuko dan Abu Achmadi, 2005 : 70)
9.2.2
Metode Interview (wawancara)
Yaitu proses tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan. (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005 : 83)
9.2.3
Metode Dokumentasi
Yaitu data yang diperoleh dari orang
lain atau dari suatu lembaga yang relevan, yang mana data tersebut merupakan
data yang sudah jadi. (Subana dan Sudrajat, 1996)
9.3 Cara Menganalisa
Data
Adapun cara menganalisa data dalam
kegiatan praktek kerja untuk penyusunan laporan praktek kerja nantinya,
Penyusun merencanakan menggunakan analisa antara lain :
9.3.1
Analisa Deskriftif
Analisa deskrptif adalah metode analisa
data yang diperlukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan dapat dipercaya
tentang suatu persoalan yang sedang diamati. (Subana dan Sudrajat, 1996)
9.3.2
Analisa Eksplanatoris
Analisa yang memperdalam pengetahuan
mengenai permasalahan-permasalahan atau mendapat ide-ide baru dengan maksud
untuk merumuskan masalah secara lebih teliti. (Sutrisno Hadi, 1999 : 18)
10.
RENCANA SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTEK KERJA
HALAMAN
JUDUL
HALAMAN
PERSETUJUAN
HALAMAN
PENGESAHAN
HALAMAN
MOTTO
HALAMAN
PERSEMBAHAN
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
DAFTAR
TABEL
DAFTAR
GAMBAR
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Penegasan Arti Judul
1.2
Alasan Pemilihan Judul
1.3
Latar Belakang Masalah
1.4
Rumusan Masalah
1.5
Tujuan Penyusunan Laporan
1.6
Manfaat Penyusunan Laporan
1.7
Tinjauan Teoritis
1.8
Metodologi
BAB II GAMBARAN
UMUM
2.1
Gambaran Umum Pelabuhan Kariangau Balikpapan
2.1.1
Sejarah Singkat
2.1.2 Letak Geografis
2.1.3 Fasilitas-fasilitas yang Dimiliki
2.2
Gambaran Umum Perusahaan Bongkar Muat PT. “X”
2.2.1 Sejarah Singkat
2.2.2 Struktur Organisasi
2.2.3 Fasilitas-fasilitas yang Dimiliki
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR
PUSTAKA
Anton
M. Moeliono, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Indonesia Jakarta.
Banu
Santoso H., 1998, Port Terminal Operation, Edisi 2, P3M AMNI,
Semarang.
Semarang.
Cholid
Narbuko, Abu Achmadi, 2005, Metodologi Penelitian, Aksara Baru,
Jakarta.
Jakarta.
Herry
Gianto, Drs., M.Sc., Arso Martopo, Capt., 1990, Pengoperasian Pelabuhan Laut,
BPLP Semarang, Semarang.
BPLP Semarang, Semarang.
Radiks Purba, 1981, Angkutan Muatan Laut,
Edisi 2, Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Subandi, 1998, Kamus Perkapalan dan Bisnis, Edisi
4, Arcan, Jakarta.
Sudjatmiko
F.D.C., Drs., 1979, Pokok-pokok Pelayaran Niaga, Edisi 3, Cendana Press,
Jakarta.
Jakarta.
Subana
dan Sudrajat, 1996, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, CV Pustaka Setia,
Bandung.
Bandung.
Sutrisno Hadi, 1999, Bimbingan Menulis Skripsi Thesis, Liberti, Yogyakarta.
Suyono
R.P. Capt., 2005, SHIPPING Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor
Melalui Laut, Edisi 3, PPM, Jakarta.
Melalui Laut, Edisi 3, PPM, Jakarta.
sukses selalu..
ReplyDeleteCargo barang jakarta-depok